UNRWA: Kerawanan Pangan di Gaza Utara Capai Kondisi Sangat Kritis

TEMPO.CO, Jakarta – Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) pada Rabu memperingatkan bahwa kerawanan pangan di Jalur Gaza utara telah mencapai “kondisi yang sangat kritis”. Ini terjadi akibat pembatasan yang diberlakukan Israel terhadap pengiriman bantuan kemanusiaan.

Dalam sebuah pernyataan pers, badan tersebut mengungkapkan 51 persen dari misi yang direncanakan oleh UNRWA dan lembaga-lembaga kemanusiaan lainnya untuk mengirimkan bantuan dan melakukan penilaian di Gaza utara tahun ini telah ditolak oleh pihak berwenang Israel.

Jumlah truk bantuan yang masuk ke Gaza jauh lebih sedikit dari yang ditargetkan sebanyak 500 truk per hari, akibat adanya kesulitan besar dalam pengiriman pasokan melalui perlintasan Kerem Shalom dan Rafah, kata UNRWA.

UNRWA menambahkan bahwa sekitar 400 ribu orang terancam kelaparan di Jalur Gaza utara, dan menyerukan agar lembaga-lembaga internasional meningkatkan bantuan mereka, terutama ke daerah-daerah di bagian utara daerah kantong tersebut.

Di Gaza bagian utara, 15,6% anak di bawah usia dua tahun mengalami kekurangan gizi akut.

Selain itu, kantor media pemerintah yang dikelola Hamas di Gaza pada Selasa mendesak Program Pangan Dunia (WFP) agar menarik kembali keputusannya untuk menangguhkan pengiriman bantuan makanan di Jalur Gaza utara.

Kantor media tersebut menyatakan dalam sebuah pernyataan pers bahwa mereka menganggap keputusan itu sama saja dengan “menjatuhkan hukuman mati kepada 75 persen dari 1 juta orang warga Gaza dan semakin memperburuk situasi kemanusiaan secara signifikan.”

WFP pada Selasa mengumumkan dalam sebuah pernyataan di platform media sosial X bahwa pihaknya “menghentikan sementara pengiriman bantuan makanan yang menyelamatkan nyawa ke Gaza utara hingga kondisi benar-benar aman bagi para staf kami dan orang-orang yang kami coba jangkau.”

Organisasi itu mengatakan keputusan tersebut “tidak bisa dianggap enteng,” dan menambahkan bahwa “keselamatan dan keamanan pengiriman bantuan pangan yang sangat penting, dan juga bagi orang-orang yang menerimanya, harus dipastikan.”

Serangan Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 29.313 orang sejak 7 Oktober, dengan kelaparan dan penyakit mengancam lebih banyak nyawa.

Dosen Universitas Newcastle Craig Jones mengatakan kepada CNN bahwa menurutnya pembatasan bantuan adalah “strategi yang disengaja” dari pihak Israel. Human Rights Watch menyimpulkan pada Desember bahwa Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang di Gaza, sebagian berdasarkan pernyataan para menteri dan politisi Israel.

“Seperti yang dikatakan semua orang bahwa tidak ada tempat yang aman,” bagi warga sipil di Gaza, Jones mengatakan kepada CNN, “juga tidak ada rute aman ke Gaza untuk bantuan ini, dan bagi para pekerja kemanusiaan yang membawanya.”

Serangan terhadap konvoi bantuan dan pekerja terjadi ketika Gaza secara keseluruhan menghadapi ancaman kelaparan, dan mereka yang berada di Gaza utara khususnya berada dalam risiko kelaparan.

“PBB telah mengidentifikasi kantong-kantong kelaparan dan kelaparan di bagian utara Gaza, tempat masyarakat diyakini berada di ambang kelaparan,” kata kepala UNRWA Philippe Lazzarini. “Setidaknya 300.000 orang yang tinggal di wilayah tersebut bergantung pada bantuan kami untuk kelangsungan hidup mereka.”

Sumber: https://dunia.tempo.co/read/1836525/unrwa-kerawanan-pangan-di-gaza-utara-capai-kondisi-sangat-kritis