Resistansi, pertahanan, dan perlawanan Ukraina membuktikan Ukraina tak mudah dikalahkan Rusia. Korbannya, lebih dari 14 juta warga Ukraina kehilangan tempat tinggal; sekitar 5 juta orang mengungsi ke negara lain; lebih dari 3.500 warga sipil, termasuk ratusan anak, meninggal; dan ribuan orang menderita luka berat. Ratusan ribu orang juga dideportasi secara paksa ke wilayah Rusia.
Sejak hari pertama invasi Rusia (24/2/2022), banyak pemimpin negara menyatakan kesediaan mereka mengambil tindakan untuk mengakhiri perang dan mengembalikan perdamaian di Ukraina. Ada yang hanya sekadar statement, ada yang mengusulkan ”membekukan” konflik dan menempuh ”proses perdamaian” yang jangka waktunya tak tentu. Tak satu pun bisa memberi solusi nyata untuk menghentikan perang. Umumnya mensyaratkan Ukraina untuk menyerahkan wilayah kedaulatannya kepada agresor atau menunda-nunda pembebasan wilayah yang diduduki Rusia.
Inilah alasan utama mengapa pada KTT G20, 15 November 2022, di Bali, Presiden Zelenskyy mengajukan 10 poin Formula Perdamaian, semata untuk segera mengakhiri agresi Rusia. Substansi formula ini bersifat universal, yang dapat dilihat sebagai arsitektur keamanan internasional baru untuk mengembalikan kebebasan Ukraina, sekaligus ”asuransi” dalam menjaga perdamaian, kebebasan, dan keamanan negara lainnya.
Sepuluh formula Zelenskyy
Berikut sepuluh formula perdamaian Zelenskyy. Pertama, keamanan dari radiasi dan nuklir, yaitu fokus pada pemulihan keamanan PLTN terbesar di Eropa di kota Zaporizhzhia, yang diduduki Rusia sejak 4 Maret 2022.
PLTN ini berulang kali ditembaki pasukan Rusia. Kerusakan PLTN ini berpotensi menimbulkan bencana radiasi nuklir bagi umat manusia. Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) dibutuhkan perannya untuk menyelesaikan masalah ini, termasuk menetapkan zona demiliterisasi di area PLTN dan ikut mencegah serangan terhadap PLTN.
Kedua, ketahanan pangan, termasuk melindungi, mengamankan ekspor gandum dan biji-bijian Ukraina ke negara-negara miskin. Berkat Inisiatif Ekspor Biji-bijian Laut Hitam, Ukraina kembali menjadi salah satu penjamin ketahanan pangan global dan ikut memulihkan stabilitas pangan dunia. Namun, Ukraina membutuhkan ketentuan yang bersifat permanen agar pangan dan pupuknya bisa diekspor tanpa harus melakukan negosiasi dengan Rusia setiap 120 hari.
Ketiga, ketahanan energi, yang mengutamakan pembatasan harga sumber daya energi Rusia dan membantu Ukraina memperbaiki infrastruktur listrik, yang hancur akibat serangan Rusia. Serangan itu telah menyebabkan kerusakan hampir 50 persen sistem energi Ukraina.
Keempat, pembebasan semua tahanan dan warga yang dideportasi ilegal dari Ukraina. PBB memiliki bukti terjadinya penyiksaan, perlakuan tidak manusiawi terhadap para tahanan. Masalah ini seharusnya bisa diselesaikan lewat negosiasi langsung. Masalah yang jauh lebih sulit adalah deportasi paksa warga Ukraina, termasuk anak-anak, yang dibawa secara paksa dari wilayah Ukraina yang diduduki, ke berbagai tempat di Rusia dengan dalih ”evakuasi.
Kelima, implementasi Piagam PBB dan pemulihan integritas wilayah Ukraina. Mengacu Pasal 2 Piagam PBB: ”Semua anggota dalam hubungan internasional mereka menjauhkan diri dari tindakan mengancam atau menggunakan kekerasan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik negara lain, atau dengan cara apa pun yang bertentangan dengan Tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa”. Relevan dengan konflik saat ini dan untuk pembebasan wilayah yang telah diduduki Rusia sejak 2014, Donbas dan Semenanjung Crimea.
Keenam, penarikan pasukan Rusia dan penghentian serangan, Rusia harus menarik semua pasukan dan alat militernya dari wilayah Ukraina. Ukraina harus kembali memegang kendali atas seluruh area perbatasannya.
Ketujuh, penegakan keadilan. Dibutuhkan pengadilan khusus untuk mengadili kejahatan perang yang dilakukan Rusia. Perlu investigasi oleh lembaga HAM PBB terhadap dugaan pelanggaran HAM berat berupa penyiksaan, pemerkosaan, dan pembunuhan massal yang dilakukan militer Rusia di kota Bucha, Irpin, Borodyanka, Izium, dan lainnya.
Kedelapan, melawan ekosida, yaitu dengan membersihkan ranjau dan melindungi lingkungan. Agresi Rusia juga berdampak sangat buruk bagi lingkungan, jutaan hektar hutan terbakar, jutaan hewan peliharaan mati, 50.000 lumba-lumba mati di Laut Hitam. Hampir 200.000 hektar tanah di Ukraina terkontaminasi ranjau dan bom aktif.
Kesembilan, mencegah eskalasi perang dan pengulangan agresi dengan membangun sistem keamanan di kawasan Euro-Atlantik. Ukraina meminta menerapkan jaminan keamanan Kyiv Security Compact, untuk memobilisasi sumber daya politik, keuangan, militer dan diplomatik bagi pertahanan Ukraina, baik untuk mencegah agresi eksternal maupun untuk melindungi kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina jika agresi yang sama terjadi lagi.
Kesepuluh, konfirmasi berakhirnya perang. Semua pihak harus menandatangani dokumen yang menyatakan bahwa perang telah berakhir.
Formula yang ditawarkan Zelenskyy di atas memang terkesan subyektif bagi kepentingan Ukraina. Namun, secara obyektif tidak dapat disangkal bahwa Rusia merupakan ancaman bagi negara di sekitarnya yang berbeda haluan ideologi politik dan ekonominya. Sebut saja Georgia, Swedia, Finlandia, Moldova, Romania, dan tentunya Polandia.
Para pemimpin dunia perlu terus menegosiasikan formula Zelenskyy kepada Vladimir Putin, bukan untuk mencari jalan tengah yang diinginkan Rusia, melainkan menghentikan perang lebih dahulu untuk menegakkan aturan Piagam PBB yang menjadi kesepakatan dunia.
Tak satu pun argumentasi logika obyektif yang membenarkan agresi Rusia terhadap Ukraina, sebuah negara damai yang jauh ”lebih kecil” dari Rusia, yang dalam sejarahnya tak pernah mengancam negara lain, termasuk Rusia.
Hanya soal waktu
Agresi Rusia memiliki konsekuensi negatif pada keamanan dunia sekaligus mengubah konstelasi politik dunia. Juga mengganggu pasokan energi, pangan, dan ekonomi dunia. Keterlibatan negara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia, dalam penerapan Formula Perdamaian memungkinkan terwujudnya perdamaian yang stabil, adil, dan berkelanjutan.
Formula Zelenskyy adalah desakan kepedulian negara-negara di dunia untuk menekan Rusia menghentikan perangnya. Perdamaian hanya tercipta jika Rusia berhenti menembak dan keluar dari wilayah kedaulatan Ukraina.
Zelenskyy tampaknya tak lagi memerlukan mediator perdamaian. Yang diperlukan Ukraina adalah bantuan yang nyata dari negara-negara dunia bagi perjuangan Ukraina mempertahankan wilayah kedaulatannya dalam bentuk persenjataan, energi, keuangan, dan solidaritas kemanusiaan.
Indonesia termasuk negara yang menyetujui resolusi PBB untuk menekan Rusia menghentikan serangannya ke Ukraina. Sikap Indonesia tersebut sudah sesuai dengan prinsip hukum internasional dan kepentingan kemanusiaan.
Apa yang sedang diperjuangkan Ukraina saat ini adalah pertempuran kemanusiaan melawan ketidakadilan, tirani, dan terorisme negara. Setelah setahun perang Rusia di Ukraina, mata dunia melihat kenyataan bahwa Rusia bukanlah raksasa dunia. Kemampuan militernya tak lagi menakutkan bagi dunia.
Solidaritas dan dukungan internasional yang luas terhadap perjuangan Ukraina melawan Rusia membuat Ukraina semakin percaya diri menghadapi Rusia. Dengan mencermati peta keberpihakan negara-negara dunia dalam perang Rusia-Ukraina yang sudah melewati satu tahun, hanya masalah waktu saja yang akan membuat Rusia meninggalkan wilayah Ukraina. Mengapa demikian?
Perang Ukraina merupakan rentetan sejarah panjang penaklukan imperium Rusia sejak abad ke-10 hingga kini yang tak pernah berhasil. Saya meyakini Ukraina tak akan pernah menyerah. Slogan ”Svoboda abo Smertv kini berkumandang luas di seantero negeri Ukraina, yang artinya ”Merdeka atau Mati”. Perang baru akan berakhir jika Rusia bersedia berhenti atau Rusia meninggalkan wilayah Ukraina atau Ukraina mengalahkan Rusia. Tak ada opsi Ukraina mengalah. Semoga tak terjadi zero sum game yang tragis bagi sejarah dunia.
Sumber: https://www.kompas.id/baca/opini/2023/02/23/setahun-perang-rusia-ukraina