JAKARTA – Indonesia menghadapi kebutuhan produk pangan yang terus meningkat, jika tidak diantisipasi maka ketahanan pangan Indonesia bisa mengalami defisit. Deputi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan dari Badan Pangan Nasional Andriko Noto Susanto menegaskan bahwa dampak ketahanan pangan yang parah membahayakan masa depan kesehatan anak-anak. “Penduduk miskin terdampak paling parah akan ketahanan pangan yang menurun, dan ini semua membahayakan masa depan kesehatan anak- anak,” kata Andriko dalam diskusi di acara PARETO, Simposium Praktisi dan Periset Ekonomi dengan tema “Meningkatkan Resiliensi dan Akselerasi Ekonomi Indonesia”, Kamis (22/12/2022).
Acara PARETO ini digelar oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Gedung BJ Habibie, Jakarta pada Kamis (22/12/2022) pagi.
Berdasarkan data secara global, ketahanan pangan dunia saat ini sebanyak 3,1 milyar penduduk tidak mampu mengakses pangan yang sehat. Jumlah penduduk yang mengalami kelaparan di tahun 2021 tercatat sebanyak 828 juta jiwa, jumlah itu meningkat 196 juta sejak 2019.
Selain itu, jumlah penduduk rawan pangan parah meningkat dari 135 juta tahun 2019 menjadi 193 juta tahun 2021, dan tahun 2022 akan lebih buruk. Harga pangan telah melonjak ke level tertinggi. Andriko menyampaikan prediksi bahwa akan terjadi ekonomi gelap di 2023 (sesuai kalkulasi lembaga internasional), lalu telah terjadi inflasi di berbagai negara di dunia, hingga ada yang mencapai 80 persen. Selain itu, Sekjen PBB telah menyatakan bahwa berdasarkan kalkulasi, terdapat 66 negara yang akan ambruk ekonominya di tahun mendatang.
Lebih lanjut, Andriko menjelaskan dampak krisis keuangan, energi dan pangan ini membuat 333 juta orang kelaparan, dan akan meningkat menjadi 800 juta dalam 6 bulan ke depan. Sedangkan, di dalam negeri, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa kebutuhan pangan, yakni beras di Indonesia masih bisa dicari dan harganya masih tetap stabil. Pencadangan pangan di Bulog telah dilakukan oleh pemerintah di 514 kabupaten dan 37 provinsi di seluruh Indonesia. “Bersyukur karena beras di Indonesia masih bisa dicari dan harganya stabil,” kata Jokowi yang sempat menyinggung ketahanan pangan. Adapun berkat kerja keras dari seluruh elemen masyarakat, Jokowi mengajak semua pihak untuk terus berupaya dan berdoa agar Indonesia terus dilimpahkan pangan dan energi. Selanjutnya, Andriko menjelaskan bahwa saat ini telah terbit Perpres 125/2022 tentang Penyelenggaraan Cadangan Pangan Pemerintah dan PMK 153/2022 tentang Tata Cara Subsidi Bunga untuk Penyelenggaraan. Berdasarkan data, cadangan pangan nasional per tanggal 20 Desember 2022, saat ini BUMN Pangan hanya memiliki stok pangan yang sangat kecil dibandingkan kebutuhan bulanan nasional. Andriko mengatakan bahwa hal tersebut tentu tidak optimal dalam melakukan intervensi stabilisasi pasokan dan harga hulu-hilir.
Sumber : Bisnis.com,