Harga Pangan dan Energi Turun, Inflasi China Mulai Susut

Jakarta, CNN Indonesia –Biro Statistik China melansir inflasi atau indeks harga konsumen (IHK) turun menjadi 1,5 persen pada Desember 2021. Angkanya lebih rendah dari bulan sebelumnya, yakni 2,3 persen.

Inflasi China melandai karena terjadi penurunan harga pangan dan energi yang sempat bergejolak sejak beberapa bulan terakhir. Harga menurun karena pasokan meningkat.

“Volume pasar sayuran segar telah meningkat dan harga telah turun dari tingkat yang tinggi,” Ahli Statistik Senior NBS Dong Lijuan sebagaimana dikutip AFP, Rabu (12/1).

Dong menambahkan dengan berakhirnya musim dingin dan percepatan pembantaian babi hidup, harga daging babi juga mulai turun. Padahal, daging babi sempat menjadi penyumbang utama inflasi di China.

Bahkan, harga daging babi mendorong inflasi China naik dalam beberapa tahun terakhir karena demam babi Afrika sempat mengganggu pasokan.

Menurut NBS, saat ini harga daging sudah turun 36,7 persen per tahun, tingkat penurunan yang lebih cepat dibandingkan November.

Sementara itu, inflasi pabrik datang lebih rendah dari yang diharapkan pada tahun ini, yaitu 10,3 persen pada Desember.

Mengutip Reuters (12/1), inflasi gerbang pabrik China yang kian meningkat sempat mereda pada November 2021, didorong oleh tindakan keras pemerintah terhadap harga komoditas yang tidak terkendali dan krisis listrik yang mereda.

Survei Bloomberg terhadap para ekonom memperkirakan kenaikan indeks harga produsen (PPI) yang mengukur biaya barang di pabrik sebesar 11,3 persen.

Selain kebijakan untuk memastikan pasokan dan biaya tetap stabil, Dong mengatakan harga produk industri juga mulai landai karena turunnya harga komoditas internasional. Hal ini menyebabkan harga listrik yang semakin stabil dengan meredanya krisis listrik China.

(tdh/bir)