(Vibiznews – Economy) – Ekonomi Indonesia dewasa ini terpantau sedang bergerak dalam jalan pemulihannya. Awal perbaikan kondisi perekonomian terlihat sejak triwulan III-2020 saat pertumbuhan ekonomi terkontraksi 3,5% (yoy), lebih baik dibandingkan triwulan II-2020 yang terkontraksi 5,3% (yoy). Perbaikan perekonomian tersebut didorong oleh peningkatan pengeluaran pemerintah, terutama melalui realisasi kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk menangani masalah kesehatan dan sosial-ekonomi.
Jalur pemulihan terus berlanjut, dengan berkurangnya tingkat kontraksi (yoy) menjadi 2,2% pada triwulan IV-2020 dan pada triwulan I-2021 sebesar 0,74% (yoy). Dari tren yang ada maka perkiraan pada triwulan II-2021 pertumbuhan ekonomi akan memasuki zona positif. Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia semula sempat memprakirakan angka pertumbuhan di atas 7% (yoy). Kemenkeu, misalnya, sempat memasang angka cukup optimis 7,1%-8,3% (yoy).
Dengan adanya peningkatan kasus Covid belakangan ini, dan itu dapat berdampak kepada aktivitas ekonomi, maka Kemenkeu merevisi angka proyeksi untuk triwulan II sebesar 7,1%-7,5% (yoy), dan untuk triwulan III-2021 -setelah diberlakukannya PPKM Darurat Jawa Bali dan PPKM Level 4- dipasang pada level 4,0% – 5,4% (yoy). Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi berpeluang meningkat lagi di triwulan IV pada rentang 4,6% – 5,9% (yoy). Dengan demikian pada akhir tahun 2021 pertumbuhan ekonomi diproyeksikan ada di level 3,7% – 4,5%.
Proyeksi jangka pendek dari Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia ini menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi di Indonesia tetap akan berlanjut. Ini juga meng-counter pandangan sebagian pihak yang menilai bahwa Indonesia akan kembali terjebak dalam resesi lagi yang lebih panjang dengan adanya PPKM Darurat dan PPKM Level 4 belakangan ini.
Indikator Ekonomi Positif
Penulis berpandangan dalam hal pemulihan ekonomi, tren ini akan terus berlanjut. Hal ini didukung dengan sejumlah indikator ekonomi yang positif, di antaranya:
- Neraca Perdagangan yang positif.
Neraca perdagangan Indonesia tercatat mengalami surplus selama 14 bulan berturut-turut sejak Mei 2020, termasuk pada Juni 2021 yang surplus sebesar USD 1,32 miliar. Ini cukup impresif di tengah situasi pandemi. Tren ini menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi di Indonesia sedang dalam pemulihannya.
Ke depannya diprakirakan surplus neraca perdagangan akan terus berlanjut, meskipun telah diterapkan PPKM Darurat. Hal tersebut didukung tren pemulihan partner dagang utama Indonesia, serta juga peningkatan harga komoditas ekspor unggulan seperti kelapa sawit dan batu bara.
- Indeks industri pengolahan yang ekspansif
Kinerja sektor Industri Pengolahan triwulan II 2021 dilaporkan meningkat dan berada pada fase ekspansi. Hal itu tercermin dari Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI-BI) sebesar 51,45%, meningkat dari 50,01% pada triwulan I 2021 dan 28,55% pada triwulan II 2020. Peningkatan PMI-BI tersebut sejalan dengan perkembangan kegiatan sektor Industri Pengolahan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang meningkat. Peningkatan tersebut, dilaporkan BI, terjadi pada hampir seluruh komponen pembentuk PMI-BI, terutama Volume Produksi dan Volume Total Pesanan yang berada dalam fase ekspansi. Hal ini menunjukkan suatu tren pemulihan. - Indeks Penjualan Eceran yang tetap positif
Belum lama ini BI merilis hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) untuk Mei 2021. Temuannya menunjukkan bahwa responden mengindikasikan kinerja penjualan eceran baik secara bulanan dan tahunan mencatat pertumbuhan yang tetap positif. Indeks Penjualan Riil (IPR) Mei 2021 tumbuh 3,2% (mtm) dan 14,7% (yoy), meskipun tidak setinggi angka pada April 2021. Ini juga menujukkan tren pemulihan dari kontraksi penjualan pada tahun sebelumnya. - Rupiah yang relatif stabil
Mata uang rupiah sudah meninggalkan volatilitas tingginya yang terjadi pada saat awal pandemi hingga sekitar triwulan ketiga tahun 2020. Sejak itu, rupiah relatif stabil dan terkendali. Di tengah penguatan mata uang US dollar yang diuntungkan dengan naiknya inflasi yang mendorong isyu akan dilakukannya tapering oleh Federal Reserve, ditambah tren pemulihan ekonomi dan pembukaan kembali (reopening) perekonomian AS, rupiah tetap stabil dengan tingkat depresiasi year to date (ytd) yang lebih rendah di antara banyak negara tetangga di kawasan Asia atau Asia Tenggara.
Bersamaan dengan itu, di pasar modal, IHSG juga cenderung stabil dengan bias yang menguat. Hal tersebut kembali menunjukkan kuatnya kepercayaan investor dan pasar internasional terhadap ketahanan dan prospek ekonomi Indonesia.
Tidak Kembali ke Resesi
Sejumlah indikator di atas menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia sedang menapaki jalur pemulihannya di tahun 2021. Namun demikian, belakangan ini ada pandangan yang menyebutkan bahwa mengganasnya virus varian Delta dan dengan diberlakukannya PPKM Darurat akan mengganggu signifikan proses pemulihan ekonomi yang berjalan. Berbagai langkah yang dilakukan pemerintah untuk mencapai pertumbuhan yang tinggi di triwulan II dan III 2021 ini, disebutkan akan sulit tercapai, dengan kemungkinan resesi yang berlanjut.
Penulis memandang bahwa diberlakukannya PPKM Darurat serta PPKM Level 4 berikutnya ini tidak sampai menggerus habis laju pemulihan ekonomi yang sedang berjalan dan membawa kepada resesi yang berkepanjangan (prolonged recession). Namun demikian, kebijakan PPKM tetap perlu dievaluasi dan ditangani sebaik mungkin mengingat ini memiliki dampak kepada gerak perekonomian serta aspek sosial masyarakat banyak.
Ada beberapa alasan bahwa ekonomi kita tidak akan kembali dalam resesi. Yang pertama, sejumlah data indikator ekonomi di atas yang sudah searah dan serempak mengindikasikan jalannya pemulihan. Ini menunjukkan ketahanan ekonomi domestik kita yang akan terus berlanjut pada kuarta-kuartal selanjutnya.
Yang kedua, kebijakan PPKM pemerintah ini, baik yang Darurat maupun kemudiannya yang Level 4, telah diatur aktivitas bisnis yang termasuk sektor esensial dan kritikal tetap dapat berjalan. Demikian pula kegiatan konstruksi untuk infrastruktur publik yang tetap beroperasi 100% dengan menerapkan protokol kesehatan. Ini tetap memberi ruang untuk berlanjutnya pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, kita harapkan bahwa Pemerintah dapat menarik banyak pelajaran untuk implementasi PC-PEN dari gelombang pertama Covid tahun lalu, serta evaluasi terhadap implementasi PPKM Darurat. Pemerintah, kita ketahui, sekarang melakukan penyesuaian dengan menerapkan beberapa level definisi PPKM, dari level 1 sampai dengan 4, serta juga memberikan ruang untuk sektor UMKM yang menyentuh masyarakat banyak.
Berikutnya yang ketiga, yang dapat dipertimbangkan, adalah berlanjutnya optimisme pasar belakangan ini. Di pasar keuangan, IHSG pada Juli 2021 sempat rally empat minggu berturut-turut, sementara rupiah terpantau secara bertahap lanjut menguat dalam periode empat minggu terus-menerus pula. Ini juga terpicu dengan berlanjutnya net capital inflow ke pasar keuangan kita dalam sebulan terakhir. Ini cukup menarik untuk diperhatikan karena, di tengah berlakunya kebijakan PPKM -baik yang Darurat maupun Level 4- dan meningkatnya dalam rekor beberapa kali kasus baru Covid, pasar serta investor dalam dan luar negeri tetap optimis.
Dalam hal ini patut dicatat bahwa secara bersamaan kasus kesembuhan Covid di negeri kita terus juga meningkat dalam rekor tertingginya. Ini adalah berita penting yang ditangkap oleh pasar bahwa di tengah bertambahnya penyebaran virus varian Delta, kemampuan pemerintah dan kesiapan masyarakat untuk mengatasinya telah jauh membaik. Dengan terus bergulirnya vaksinasi diperkirakan herd immunity akan segera terwujud dan memperkuat jalur pemulihan ekonomi Indonesia memasuki tahun depan 2022.
UMKM, PPKM dan Solidaritas Masyarakat
Hal yang keempat, ini terkait dengan sektor UMKM yang termasuk sektor terdampak dengan dengan adanya PPKM. Menko Ekuin Airlangga belum lama ini menyampaikan bahwa adalah arahan Presiden Joko Widodo yang menginstruksikan untuk fokus penyelamatan UMKM di masa pandemi sebagai bagian strategis dari Program PEN. Itu sebabnya, pemerintah terus melakukan upaya penguatan UMKM di masa pandemi. Dalam rangka PEN, Pemerintah telah menganggarkan Rp184,83 triliun atau 26,4% untuk dukungan UMKM dari total anggaran PEN 2021 senilai Rp699,43 triliun. Dana bantuan produktif usaha mikro hingga Juni 2021 telah disalurkan kepada 9,8 juta pelaku usaha mikro, dan akan ditambah kepada 3 juta penerima baru pada Juli hingga September 2021 ini.
Dalam PPKM Level 4 terakhir, Pemerintah juga telah membuat beberapa penyesuaian terhadap PPKM Darurat Jawa Bali sebelumnya, khususnya kelonggaran bagi aktivitas dan usaha UMKM, di mana warung makan, pedagang kaki lima, lapak jajanan atau tempat usaha lainnya di ruang terbuka diperbolehkan untuk buka dengan menjalankan prokes ketat. Selain itu, pasar rakyat yang menjual sembako sehari-hari diperbolehkan buka seperti biasa dengan protokol kesehatan yang ketat. Kemudian, pasar rakyat yang menjual selain kebutuhan pokok sehari-hari diizinkan buka, serta juga pedagang kaki lima, toko kelontong, agen, pangkas rambut, laundry, pedagang asongan, bengkel kecil, cucian kendaraan, dan usaha-usaha kecil lain yang sejenis juga diziinkan buka dengan protokol kesehatan yang ketat.
Presiden Jokowi dalam acara pemberian banpres produktif usaha mikro di halaman Istana Merdeka beberapa waktu lalu (30/7), menegaskan bahwa kebijakan lockdown tidak dipilih Pemerintah sebab opsi tersebut akan menutup total semua sektor. “Yang namanya PPKM Darurat itu kan semi-lockdown. Itu masih semi saja saya masuk ke kampung, saya masuk ke daerah, semuanya menjerit minta untuk dibuka,” kata Jokowi.
Melihat perlunya dukungan mobilitas bagi masyarakat banyak tersebut, itu sebabnya penulis menilai kebijakan pelonggaran bagi sektor UMKM ini sudah bijak, bagus, dan diperlukan saat ini. Selain akan membuat sektor konsumsi terus bergerak di masyarakat, ini sekaligus merupakan “katup pengaman” yang baik bagi banyak masyarakat untuk tetap diberikan ruang gerak usaha dan kegiatan sehari-harinya. Kegiatan yang timbul ini bisa membuat masyarakat tidak merasa jenuh dan gembira, serta dapat meningkatkan imunitas tubuh. Ke depannya, dengan semakin turunnya kasus baru Covid, kebijakan PPKM ini direkomendasikan untuk lanjut diperlonggar lagi.
Yang kelima, penulis melihat maraknya gerakan-gerakan yang orisinal dari masyarakat untuk peduli dan membantu orang-orang lain yang terdampak pandemi. Ini merupakan ciri khas bangsa Indonesia yang suka gotong royong dan solidaritas bersama. Suatu fenomena optimisme yang, sekali lagi, orisinal dan khas bangsa Indonesia. Bahkan, Indonesia sudah dinobatkan sebagai negara “paling murah hati di dunia” (The world’s most generous country) dengan menduduki peringkat pertama dalam CAF World Giving Index 2021. Setidaknya ada delapan dari sepuluh orang di Indonesia yang biasa menyumbangkan uang bagi orang lain.
Fenomena masyarakat untuk peduli menolong sesama kita ini semakin banyak kalau kita perhatikan belakangan ini. Ternyata di masyarakat sekitar kita “banyak orang baik”. Bisa dilihat di antaranya kisah-kisah nyatanya pada:
https://www.youtube.com/watch?v=WftUoEK1T1E&t=2127s.
Para penyintas Covid adalah sesama saudara kita, demikian pula dengan keluarga mereka. Mereka bukan aib atau sampah masyarakat, tetapi bagian dari sesama kita yang perlu ditolong. Demikian, pesan yang tercermin dari aksi nyata para pelaku penolong ini, yang baik disampaikan pada setiap daerah kita di Indonesia. Suatu sikap optimisme yang kuat di tengah tekanan pandemi yang telah berlangsung satu setengah tahun ini.
Dengan demikian, kita dapat tetap optimis untuk melihat ke depannya suatu pemulihan ekonomi Indonesia yang berlanjut, dan tidak kembali terjebak dalam kontraksi atau resesi yang berkepanjangan. Namun, sebagai catatan di sini, kebijakan PPKM perlu dievaluasi dan dimonitor dengan hati-hati dan dinamis dari waktu ke waktu, mengingat dampak besarnya pada sosial ekonomi masyarakat kita. Salam optimis!