Cukupi Kebutuhan Dunia, FAO Sebut Produksi Pangan Harus Naik 60 Persen

JawaPos.com – Pemenuhan kebutuhan pangan masih menjadi tantangan bersama di tengah perubahan iklim. Tak hanya ancaman virus atau bakteri, krisis pangan di dunia juga membutuhkan solusi penanganan di masa depan.

Laporan Organisasi Pangan Dunia (FAO) menyebutkan pada 2015 hampir 800 juta orang kekurangan gizi kronis. Sebuah perkiraan 161 juta anak balita mengalami stunting.

Pada saat yang sama, 500 juta orang mengalami obesitas. Dua miliar orang kekurangan mikronutrien esensial yang mereka butuhkan untuk menjalani hidup sehat.

FAO memperkirakan bahwa, untuk memenuhi pertumbuhan permintaan yang didorong oleh pertumbuhan populasi dan pola makan perubahan, produksi pangan harus meningkat sebesar 60 persen pada tahun 2050.

Menurut PBB, pada tahun 2015, masih ada 836 juta orang di dunia hidup dalam kemiskinan ekstrem (kurang dari USD1,25/hari). Perubahan iklim mengancam untuk membatasi kemajuan yang telah dicapai sejauh ini dalam memerangi kelaparan dan malnutrisi.

Seperti yang disoroti oleh laporan penilaian terbaru dari Panel Antarpemerintah tentang
Perubahan iklim (IPCC), perubahan iklim menambah dan mengintensifkan risiko terhadap ketahanan pangan bagi negara dan populasi yang paling rentan.

Empat dari delapan risiko utama yang disebabkan oleh iklim perubahan yang diidentifikasi oleh IPCC AR5 memiliki konsekuensi langsung bagi ketahanan pangan. Yakni hilangnya mata pencaharian dan pendapatan pedesaan. Hilangnya ekosistem laut dan pesisir, dan mata pencaharian.

Hilangnya ekosistem perairan darat dan air pedalaman, serta mata pencaharian. Serta, kerawanan pangan dan kerusakan sistem pangan

Terlebih dengan populasi dunia yang terus meningkat dan perubahan iklim yang mempengaruhi produksi pangan sehingga diperlukan solusi dan terobosan yang berkelanjutan untuk keamanan pangan nasional. Tantangan dalam penelitian dibutuhkan.

“Saat ini dunia menghadapi tantangan berat dan nyaris tiada henti. Berbagai krisis seperti perubahan iklim, tensi geopolitik dan juga Covid-19 yang memasuki tahun ke-3 mempengaruhi cadangan pangan dunia dan mendisrupsi rantai pasok global, sehingga menyebabkan terjadi kenaikan harga pangan yang dipengaruhi langsung oleh kenaikan harga energi dan pupuk,” kata Direktur PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dan Ketua Program Indofood Riset Nugraha (IRN) Suaimi Suriady dalam webinar baru-baru ini.

Dalam menjawab tantangan tersebut, kata dia, telah terjadi perubahan besar terhadap pendekatan produksi pangan dengan munculnya teknologi baru untuk produksi pangan. Selain itu meningkatnya upaya eksplorasi sumber pangan baru yang berasal dari laut dan darat, baik sumber daya nabati maupun hewani.

“Hal ini menjadi tantangan untuk segera mencari alternatif sumber pangan baru baik secara individual ataupun kolektif. IRN periode 2022-2023 mengundang para ahli menyampaikan ide-ide baru dan gagasan segarnya dalam menghasilkan penelitian-penelitian terkait upaya penganeka ragaman pangan,” jelasnya.

Sumber: https://www.jawapos.com/ekonomi/04/09/2022/cukupi-kebutuhan-dunia-fao-sebut-produksi-pangan-harus-naik-60-persen/