Stok Beras Melimpah, BULOG Sarankan Monev ke Daerah Limit Stok

MATARAM-Melimpahnya stok beras di gudang Bulog NTB diperkirakan tidak akan lagi mampu menampung stok musim panen berikutnya. Diperkirakan musim panen padi berikutnya ini akan berlangsung Agustus.

”Sudah kita usulkan stok yang ada saat ini untuk pengiriman monitoring dan evaluasi (monev) ke daerah yang kekurangan stok, seperti wilayah timur,” kata Pimwil Bulog NTB Abdul Muis, Senin (30/5).

Pihaknya kini mendorong Bulog pusat untuk bisa mengirim beras ke kawasan yang membutuhkan, seperti di NTT, Kalimantan, dan Sumatera.

”Pusat belum ada jawaban karena ada panen juga di daerah lainnya dengan kondisi yang sama di Bulog NTB,” tuturnya.

Dikatakan ada beberapa alternatif untuk penyaluran serapan padi oleh Bulog. Dengan mengembalikan lagi tugas Bulog untuk menyalurkan beras program pemerintah melalui Bulog. Selain pengiriman ke luar daerah bisa juga dimanfaatkan untuk mendukung program pemerintah. Baik program pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Misalnya penyaluran beras raskin dan beras pegawai.

”Bulog selama ini diminta pemerintah menyerap padi dan beras petani. Namun lupa menyiapkan alokasi untuk penyalurannya,” imbuhnya.

Dijelaskan stok saat ini yang dimiliki Bulog NTB ada 60 ribu ton. Tercatat Senin (30/5) serapan secara gabah sudah 68 ribu ton dan secara beras 42 ribu ton. Sedang stok Bulog NTB 2021 masih ada 60 ribu ton, dan pengadaan 2022 sudah 100 ribu ton dengan kapasitas gudang 75 ribu.

”Tentunya hambatan kami yang space, sebab kami sudah mengisi semua gudang dan penyimpanan lainnya kurang lebih 20 gudang,” tambahnya.

Terkait harga, ditegaskan harus sama-sama memikirkan harga gabah petani saat panen raya tidak jatuh. Sebenarnya ada satu upaya untuk meningkatkan harga jual petani.

”Bagaimana petani bisa mengolah terlebih dahulu, diolah pasca panen sehingga bisa menjual gabah tersebut ke Bulog dengan harga Rp 5.300 perkilogram dalam bentuk gabah kering giling (GKG),” terangnya.

Seorang Petani Ahmad saat disinggung tidak menjual beras dalam bentuk GKG karena ingin beras cepat terjual. Sebab selama ini dirinya begitu panen akan langsung menjual gabah saat di sawah dan diambil sawah.

”Kalau biasanya gabah diambil usai panen di sawah,” kata dia. (nur/r9)