Krjogja.com – BANTUL – Terbatasnya produksi telur ayam yang tidak bisa mengimbangi jumlah kebutuhan konsumen menjadikan harga telur ayam di pasaran melejit, termasuk di wilayah Bantul .
Menurut pantauan Dinas Koperasi UKM, Perindustrian dan Perdagangan ( KUKMPP) Bantul , dari pantauan di 5 pasar tradisional wilayah Bantul, diantaranya di Pasar Bantul, Piyungan, Imogiri dan Niten, sampai Rabu (24/5) harga telur ayam rata- rata mencapai Rp 31.500 per Kg. Harga tersebut sudah turun dari hari sebelumnya Rp 31.600.
Menurut Kepala Dinas KUKMPP Bantul, Drs Agus Sulistiyana MM, dalam beberapa pekan terakhir ini di semua daerah di Indonesia permintaan atau kebutuhan konsumen telur meningkat dratis. Disamping kebutuhan telur rutin harian di Bantul sudah cukup tinggi, diantaranya maraknya penjual mie.
“Penjual mie di Bantul saat ini begitu banyak, bahkan sampai ke pelosok pedesaan. Dalam beberapa bulan terakhir ini juga banyak warga yang punya hajad pernikahaan yang untuk hidangan pestanya juga banyak membutuhkan telur, termasuk untuk bahan baku membuat roti,” ungkap Agus.
Sementara produksi telur di Bantul hanya terbatas dan tidak bisa memenuhi permintaan konsumen, akibatnya terjadi hukum ekonomi, harga telur ayam menjadi melejit.
Sementara menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bantul, Joko Waluyo SPt MSI, peternak ayam petelur di Bantul hanya terpusat di wilayah Triwidadi dan Sendangsari Pajangan. “Itu saja tidak banyak, hanya sekitar 800 hingga 900 ribu ekor dan dikelola usaha mandiri,” paparnya.
Dengan keterbatasan jumlah peternak sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan konsumen lokal. Untuk memenuhi permintaan konsumen masih harus mendatangkan telur dari luar Bantul. Menurut Joko, produksi telur tidak bisa pacu, karena harus menunggu ayam besar hingga saatnya bertelur. (Jdm)
Sumber: https://www.krjogja.com/berita-lokal/read/506413/permintaan-konsumen-tinggi-penyebab-harga-telur-melejit