Bisnis.com, SURABAYA – Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jawa Timur mencatat sepanjang semester I/2021 ini hasil panen gabah kering giling (GKG) mencapai 7,18 juta ton sehingga mampu menghasilkan beras sebanyak 4,66 juta ton.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim, Hadi Sulistyo mengatakan dengan total produksi beras di semester I/2021 sekitar 4,66 juta ton yang dihasilkan dari luas lahan 1,26 juta ha, tingkat konsumsi Jatim hanyalah sekitar 1,47 juta ton.
“Artinya sepanjang semester I ini, yakni Januari sampai 22 Juni 2021, Jatim mengalami surplus produksi beras sebanyak 3,19 juta ton,” katanya kepada Bisnis, Senin (28/6/2021).
Dia mengatakan pada musim panen seperti saat ini, jumlah produksi gabah dan beras di Jatim tepatnya pada Juni ini meningkat dibandingkan Mei. Tercatat, pada Mei 2021 total produksi padi di Jatim mencapai 654.178 ton dan menghasilkan 425.216 ton. Sedangkan tingkat konsumsi di Jatim pada Mei mencapai 245.621 ton, yang berarti pada Mei lalu Jatim tetap surplus 179.595 ton.
Sedangkan pada Juni ini, jumlah produksi gabah mencapai 902.404 ton dari luas panen 167.835 ha, dan menghasilkan 586.563 ton, dengan tingkat konsumsi beras hanya 245.621 ton sehingga pada Juni, Jatim tetap surplus beras 340.942 ton.
“Sepanjang semester I tahun ini, di setiap bulannya Jatim selalu mengalami surplus produksi beras, kecuali produksi pada Januari saja yang sempat mengalami defisit,” kata Hadi.
Dia menambahkan produksi gabah pada Januari lalu mencapai 348.300 ton GKG, dan menghasilkan beras hanya sebanyak 226.395 ton. Sedangkan tingkat konsumsi beras di Jatim rerata 245.621 ton sehingga Jatim sempat defisit sebanyak 19,226 ton.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Dadang Hardiwan mengatakan Nilai Tukar Petani (NTP) di Jatim pada Mei 202 secara rata-rata baik tanaman pangan, hortikultura, dan perikanan mengalami kenaikan 0,62 persen dari NTP 98,31 menjadi NTP 98,92.
“NTP untuk tanaman pangan mengalami kenaikan 1,81 oersen, yakni dari NTP 96,98 pada April 20201 menjadi 98,73 pada Mei 2021. Sedangkan NTP hortikultura turun -4,01 persen dibandingkan April 2021, begitu juga dengan NTP tanaman perkebunan rakyat turun -0,14 persen,” jelasnya.
Namun, begitu lanjut Dadang, kenaikan NTP Jatim ini masih tetap berada di bawah angka 100, yang berarti petani belum sejahtera secara ekonomi sebab pengeluaran petani lebih besar dari pendapatan petani. Sebaliknya jika NTP berada di atas 100 maka petani tergolong sejahtera karena pendapatan petani lebih besar dari pengeluaran. NTP di Jatim sendiri pernah mencapai angka 100 pada 2018.
Adapun harga yang diterima petani untuk sejumlah komoditas yang mengalami kenaikan harga pada Mei 2021 di antaranya adalah gabah naik 1,3 persen, jagung 4,2 persen, sapi potong 1,3 persen, ayam ras pedaging 2,6 persen, dan kacang tanah 2,6 persen.
Sementara komoditas yang mengalami penurunan harga adalah cabai rawit turun -12,3 persen, telur ayam ras -1,5 persen, sapi perah -1,3 persen, bawang merah -0,2 persen, dan bawang daun -2,9 persen.
Berdasarkan data Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) Jatim per 28 Juni 2021, harga beras jenis IR64 rerata mencapai Rp9.510/kg, dan harga tertinggi terjadi Situbondo Rp10.833/kg, dan terendah di Sampang Rp8.500/kg.
Untuk beras mentik rerata Rp10.896/kg, harag tertinggi terjadi di Kota Mojokerto Rp12.250/kg, dan terendah di Kediri Rp9.750/kg. Sedangkan beras Bengawan rerata Rp11.270/kg, tertinggi di Surabaya Rp12.620/kg dan terendah terjadi di Situbondo, Ngawi, dan Magetan Rp10.000/kg.