Jakarta- Sebuah video yang memperlihatkan beras bantuan sosial atau bansos untuk warga Pandeglang, Banten beredar di media sosial. Beras yang disebut-sebut berasal dari bantuan pangan non tunai (BPNT) itu banyak dikeluhkan warga lantaran berbau apek hingga dianggap tak layak untuk dikonsumsi.Saat dilihat detikom, Minggu (2/12/2021), seorang pria terlihat menunjukkan kondisi beras bantuan yang sudah dimasak tersebut dalam video berdurasi 0,26 detik. Dalam video itu, ia menyebut beras yang diterima warga bau ketika hendak dikonsumsi.
“Kie la tah, deuleu. Bau, muruluk, nyengat (Begini nih, lihat. Bau, pera, menyengat),” kata pria tersebut sembari menunjukkan beras bantuan yang sudah dimasak.
Dalam video itu, sang pria juga memunjukkan warga yang mendatangi kantor desa setempat. Ia menyebut warga datang ke sana untuk menanyakan kualitas beras yang dianggap tak layak konsumsi tersebut.
“Tah KPM na datang kadie, nanyakeun iyeu beas model kie. Iyeu nu kena imbasna mah budak desa, coba disikapi (Tuh KPM nya datang kesini menanyakan berasnya model kayak gini, ini yang kena imbasnya mah orang desa),” tambahnya.
Video ini banyak dibagikan hingga menyebar ke grup-grup wartawan di Pandeglang. Belakangan diketahui, beras bantuan bau apek dan tak layak konsumsi itu terjadi di Kecamatan Labuan melalui program BPNT pada 29-31 Desember 2021.
“Iyah itu beras BPNT di Kecamatan Labuan. Dibagiin ke KPM (kelompok penerima manfaat) sehari sebelum tahun baru. Itu kayaknya baru ketahuan kemarin pas mau dimasak sama warga,” kata Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Labuan Adan saat dikonfirmasi.
Adan mengaku sudah menerima aduan tersebut dari warga. Bahkan, kata dia, hampir semua warga di Labuan yang menerima program BPNT kompak mengeluhkan beras yang mereka terima mengeluarkan bau apek dan tak bisa dikonsumsi dengan layak.
“Hampir semua, rata-rata pada ngeluh berasnya seperti itu,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, lokasi dalam video itu terjadi di Desa Banyumekar, Kecamatan Labuan. Akibatnya, sejumlah warga sudah melaporkan temuan beras ini dan mengembalikannya ke agen penyalur bantuan tersebut.
“Ini di Desa Banyumekar, KPM mengadu ke desa dan saya juga menerima aduan tersebut. Bahkan KPM juga sudah mengembalikan ke agen, tapi sampai sekarang belum diganti dengan beras yang layak,” jelasnya.
Selain di Banyumekar, beras serupa kata Adan juga ditemukan di Desa Teluk, Labuan. Bahkan, sebagian warga ada yang menjual kembali beras tersebut lantaran berbau apek dan tak layak untuk dikonsumsi.
“Di Teluk itu ada yangngejual lagi berasnya Rp 50 se karung. Kata mereka berasnyabauz makanya dijual aja,”tuturnya.
Sumber Detik.com