Cara Kementan Tingkatkan Investasi Sektor Perkebunan hingga Rp237 Triliun

JAKARTA – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menugaskan jajarannya meningkatkan kualitas mutu hasil pertanian dan investasi pada sektor pertanian termasuk perkebunan. Menurutnya, investasi perlu karena menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional, selain ekspor.

Investasi juga mampu memperbesar kapasitas produksi, nilai tambah, dan kesempatan kerja bagi masyarakat. Hal ini pun sejalan dengan arahan Presiden Jokowi kepada semua Kementerian dan Non Kementerian/Lembaga untuk mendorong investasi agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi nasional.

Menyikapi hal tersebut, Direktorat Jenderal Perkebunan menginisiasi kegiatan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi khususnya dari sisi investasi dan ekspor komoditas perkebunan. Salah satu caranya menggelar Forum Investasi dan Business Matching Komoditas Perkebunan.

“Forum ini dimaksudkan untuk mendorong peningkatan investasi di sub sektor perkebunan dan perluasan akses pasar pelaku usaha perkebunan melalui Business networking antara pelaku usaha dan off-taker atau buyer komoditas perkebunan,” ujar Direktur Jenderal Perkebunan Andi Nur Alam Syah, Kamis (21/12/2022).

Andi Nur menargetkan tercapainya MoU atau Kesepakatan Kerjasama senilai Rp100 triliun.

“Syukur Alhamdulilah realisasi MoU mencapai Rp237,66 triliun untuk komoditas karet dan turunannya, CPO dan turunannya, produk olahan kelor, minyak atsiri, kopi dan rempah-rempah,” ujar Andi Nur.

Andi Nur menegaskan, pihaknya terus dorong, bina, dan kawal secara kontinyu karena masih banyak target-target yang harus direalisasikan dan diakselerasikan dalam bentuk strategi-strategi yang lebih operasional sebagaimana kebijakan Kementerian Pertanian dalam peningkatan ekspor 3 kali lipat atau Gratieks.

“Ditjen Perkebunan terus berupaya berkontribusi terhadap sumber devisa ekspor nasional dari sektor non migas hingga tahun 2024 yang menjadi target besar dari Bapak Menteri Pertanian. Komoditas unggulan perkebunan seperti kelapa sawit, karet, kelapa, kopi, kakao, teh, rempah-rempah dan lainnya tetap diarahkan untuk pencapaian target nilai ekspor hingga Rp1.400 triliun tahun 2024, dari kondisi saat ini devisa negeri dari ekspor perkebunan baru mencapai 400-500 triliun per tahun,” jelasnya.

Diketahui bahwa tahun ini, nilai ekspor komoditas perkebunan mencapai Rp577,17 triliun atau berkontribusi sebesar 92,34% dari total nilai ekspor komoditas Pertanian sebesar Rp625,04 triliun, meningkat hampir Rp200 Triliun dibandingkan tahun 2020.

Walaupun didominasi oleh CPO dan turunan nya, tetapi komoditas unggulan lainnya seperti kopi, kelapa, rempah-rempah dan kakao juga sudah menunjukkan peningkatan nilai ekspor yang cukup signifikan.

“Potensi-potensi komoditas spesifik daerah lainnya seperti pinang, gambir, aren, stevia, kelor dan tanaman atsiri perlu terus didorong karena semakin meningkatnya kebutuhan dunia khususnya di bidang farmasi, kecantikan dan kesehatan, food and beverages serta bahan baku industri lainnya,” ujarnya.
Sumber : okezone.com