Zimbabwe Butuh Dana Rp31,8 Triliun untuk Atasi Krisis Pangan

Jakarta, IDN Times – Zimbabwe meminta bantuan dana kepada komunitas internasional sebesar 2 miliar dolar AS (sekitar Rp31,8 triliun). Dana tersebut akan digunakan untuk menghindari kerawanan pangan karena kekeringan yang disebabkan oleh fenomena El-Nino.

Pengumuman tersebut menyusul tindakan serupa yang dilakukan Zambia dan Malawi. Kekeringan akibat El-Nino telah menghanguskan tanaman pangan dan menyebabkan jutaan orang membutuhkan bantuan pangan.

“Akibat kekeringan yang disebabkan oleh El Nino lebih dari 80 persen negara kita menerima curah hujan di bawah normal,” kata Presiden Emmerson Mnangagwa, pada Rabu (3/4/2024).

“Prioritas utama negara ini adalah mengamankan pangan bagi seluruh warga Zimbabwe. Tidak ada warga Zimbabwe yang harus menyerah atau mati kelaparan,” tambah dia, dikutip Associated Press.

1. Hasil panen gandum diperkirakan jauh dari ekspetasi

Dilansir Voa News, Mnangagwa mengumumkan keadaan darurat bencana secara nasional. Dia memperkirakan panen gandum sebanyak 868 ribu metrik ton tahun ini masih jauh di bawah ekspetasi. Zimbabwe membutuhkan sekitar 680 ribu ton metrik ton gandum tahun ini.

Residen PBB koordinator kemanusiaan di Zimbabwe, Edward Kallon, memantau dampak parah kemarau yang sedang berlangsung di Afrika bagian selatan. Menurutnya, krisis ini berdampak di berbagai sektor, termasuk keamanan pangan dan gizi, kesehatan, sumber daya air, pendidikan dan lapangan kerja.

Kallon mengatakan, sejauh ini PBB telah mengalokasikan bantuan dari Dana Tanggap Darurat Pusat sebesar 5 juta dolar AS (sekitar Rp79,6 miliar) untuk kebutuhan termasuk air, kebersihan, sanitasi, makanan dan respons medis terhadap wabah kolera.

“PBB menjanjikan dukungannya kepada pemerintah Zimbabwe dalam memobilisasi sumber daya untuk mengatasi kekeringan yang disebabkan oleh El Nino. Upaya sedang dilakukan untuk menyelesaikan rencana respons,” kata Kallon.

2. PBB telah luncurkan progam bantuan pangan untuk 2,7 juta orang di Zimbabwe

Dilansir The Hindu, fenomena El-Nino telah menghangatkan sebagian Samudra Pasifik setiap dua hingga tujuh tahun sekali. Fenomena ini juga memiliki dampak yang bervariasi terhadap cuaca di dunia.

Di Afrika bagian selatan, El-Nino menyebabkan curah hujan turun di bawah rata-rata. Namun, pada tahun ini terjadi kekeringan terburuk dalam beberapa dekade.

Progaram Pangan Dunia PBB telah meluncurkan bantuan yang menargetkan 2,7 juta orang di Zimbabwe sepanjang Januari-Maret. Jumlah itu hampir 20 persen dari total populasi di negara tersebut.

Lebih dari 60 persen dari 15 juta penduduk Zimbabwe yang tinggal di daerah pedesaan menanam makanan untuk makan sehari-hari. Jika ada lebihnya, terkadang mereka menjualnya untuk menutupi pengeluaran seperti biaya sekolah.

Partisipasi yang relatif sedikit dalam perekonomian tunai menyebabkan banyak penduduk Zimbabwe tidak mempu membeli makanan, meskipun makanan tersedia di pasar.

3. Zimbabwe membutuhkan pertanian irigasi

Direktur eksekutif Serikat Petani Zimbabwe, Paul Zakariya, mengatakan meskipun tidak ada yang dapat dilakukan untuk menghentikan dampak perubahan iklim, pertanian irigasi adalah salah satu cara yang dapat digunakan.

“Hanya bergantung pada pertanian tadah hujan, kami tidak akan melangkah terlalu jauh. Pemerintah harus memastikan bahwa petani dengan lahan terbatas pun dapat mengairi. Dengan irigasi, petani kami bisa berproduksi sepanjang tahun kata Zakariya,” ujarnya.

Zimbabwe pernah menjadi lumbung pangan bagi Afrika bagian selatan. Namun, negara tersebut sangat bergantung dari organisasi seperti Program Pangan Dunia dan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (AS) dalam 20 tahun terakhir.

Pemerintah menghubungkan kekurangan pangan yang terjadi dengan kekeringan yang terus berulang di Zimbabwe.

Sumber: https://www.idntimes.com/news/world/nur-m-agus-salim/zimbabwe-butuh-dana-rp318-triliun-untuk-atasi-krisis-pangan-c1c2