Rusia-Ukraina yang Perang, Harga Pangan Dunia Beterbangan

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak dan gas hingga pangan diprediksi akan melonjak lebih tinggi karena meningkatnya krisis Rusia-Ukraina.

Efek kenaikan harga mulai terjadi pada gandum hingga jelai, dan tembaga hingga nikel, para analis mengatakan bahwa rantai pasokan akan terganggu karena krisis semakin memburuk.

“Ukraina dianggap sebagai keranjang roti Eropa dan invasi akan mengakibatkan rantai pasokan makanan menjadi ‘pukulan keras’,” kata Alan Holland, CEO dan pendiri di perusahaan teknologi sumber Keelvar, dikutip dari CNBC Internasional, Rabu (23/2/2022).

Para analis mengatakan, Rusia dan Ukraina juga merupakan pemasok besar logam dan komoditas lainnya.

Ketegangan antara Rusia dan Ukraina mencapai puncaknya dalam beberapa hari terakhir ketika Presiden Vladimir Putin memerintahkan pasukan Kremlin masuk ke dua wilayah separatis pro-Rusia di Ukraina timur.

Itu terjadi setelah Putin mengatakan Rusia akan secara resmi mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk. Presiden AS Joe Biden menggambarkan tindakan Rusia di awal invasi ke Ukraina.

Inilah yang berisiko jika terjadi konflik militer atau sanksi yang melumpuhkan dijatuhkan.

Ketahanan pangan

Ukraina memproduksi gandum, jelai dan gandum hitam yang banyak diandalkan Eropa dan negara lain tak kecuali Indonesia. Negara itu juga merupakan penghasil jagung yang besar.

“Meskipun musim panen masih beberapa bulan lagi, konflik berkepanjangan akan membuat kekurangan roti [dan meningkatkan harga konsumen] musim gugur ini,” kata Holland.

Mata uang Ukraina mulai menurun nilainya sejak pasukan Rusia mulai berkumpul di perbatasan. Ini akan meningkatkan biaya ekspor mereka.

“Mata uang Ukraina mulai menurun nilainya sejak pasukan Rusia mulai berkumpul di perbatasan. Ini akan meningkatkan biaya ekspor mereka,” kata President Sourcing Industry Grup Dawn Tiura.

Faktanya, bukan hanya Uni Eropa yang akan terkena dampaknya, tapi juga banyak negara di Timur Tengah dan Afrika yang juga bergantung pada gandum dan jagung Ukrania.

Tiura mengatakan, gangguan pada pasokan tersebut dapat mempengaruhi ketahanan pangan di wilayah tersebut.

“China juga merupakan penerima besar jagung Ukraina – bahkan, Ukraina menggantikan AS sebagai pemasok jagung utama China pada tahun 2021,” ujarnya.

Harga gandum dan jagung juga sudah melonjak. Gandum berjangka yang diperdagangkan di Chicago telah melonjak sekitar 12% sejak awal tahun ini. Sementara jagung berjangka melonjak 14,5% pada periode yang sama.

“Kenaikan harga pangan hanya akan diperburuk dengan kejutan harga tambahan, terutama jika area pertanian inti di Ukraina direbut oleh loyalis Rusia,” kata Per Hong, mitra senior di perusahaan konsultan Kearney.

Dia menunjukkan bahwa Rusia juga merupakan pengekspor gandum utama dunia. Bersama dengan Ukraina, keduanya menyumbang sekitar 29% dari pasar ekspor gandum global.

Lebih lanjut, setiap adanya gangguan pada pasokan gas alam, akan mempengaruhi produksi produk padat energi seperti pupuk. Dan gangguan itu juga pasti akan berdampak pada pertanian lainnya.

“Pupuk sudah kekurangan pasokan tahun lalu, yang menyebabkan melonjaknya harga,” ungkap Holland.

Rusia adalah pemasok gas alam dan minyak terbesar ke Uni Eropa tahun lalu.

Logam dan bahan baku

Ukraina terus meningkatkan ekspornya selama bertahun-tahun, dan sekarang mereka menjadi penyedia besar bahan mentah, produk kimia, dan bahkan mesin seperti peralatan transportasi.

Negara tersebut juga merupakan pemasok utama mineral dan komoditas lainnya, kata para analis.

“Mata uang Ukraina mulai menurun nilainya sejak pasukan Rusia mulai berkumpul di perbatasan. Ini akan meningkatkan biaya ekspor mereka,” ujar Tiura.

Rusia juga mengendalikan sekitar 10% dari cadangan tembaga global, dan merupakan produsen utama nikel dan platinum.

Rusia juga mengendalikan sekitar 10% dari cadangan tembaga global, dan merupakan produsen utama nikel dan platinum, menurut Hong.

Nikel juga menjadi bahan baku utama yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik. Dan tembaga secara luas dilihat sebagai penentu arah ekonomi, banyak digunakan dalam manufaktur elektronik dan konstruksi rumah.

“Industri chip AS sangat bergantung pada neon yang bersumber dari Ukraina dan Rusia juga mengekspor sejumlah elemen penting untuk pembuatan semikonduktor, mesin jet, mobil, dan obat-obatan,” kata Hong.

Dampak pada Jerman

Sementara sebagian besar Uni Eropa akan terpengaruh oleh krisis yang meningkat, Jerman menjadi negara yang akan sangat terpukul.

Jerman memperoleh sebagian besar kebutuhan energinya untuk manufaktur dan listrik dari gas alam yang didapatnya dari Rusia, kata Atul Vashistha, ketua dan CEO perusahaan intelijen risiko rantai pasokan Supply Wisdom.

“Jika ketegangan terus meningkat dan kami melihat peningkatan gangguan karena potensi perang atau sanksi, itu akan menahan produksi manufaktur di Jerman. Pabrik perlu membatasi produksi yang akan mengalir ke manufaktur di negara lain, “katanya kepada CNBC Internasional

Ekspor teratas dari Jerman termasuk mobil dan suku cadang mobil, peralatan transportasi lainnya, elektronik, logam dan plastik.

Sumber: cnbcindonesia.com