Rakyat Pakistan Alami Krisis Pangan, Dunia Acuh

Sikap dunia  yang sangat kontras terjadi ketika menyikapi dua tragedi kemanusiaan  yang berbeda.

Dunia (baca Amerika dan sekutunya) berbondong bonding  tanpa diminta mengelontorkan uangnya untuk memberikan bantuan senjata, peralatan militer dll untuk membela Ukrainia dari serangan Rusia.

Di lain ketika Pakistan dilanda banjir besar yang mengakibatkan rakyat Pakistan kini menghadapi krisis pangan, dunia diam seribu basa.

Jelas sekali tampak di depan mata bahwa bantuan Amerika dan sekutunya hanya diberikan jika negara yang dibantunya memiliki nilai politis dan nilai ekonomus yang menguntungkan bagi Amerika dan sekutunya.

Pada saat sebelum banjir besar melanda  yang memporak porandakan perekonomian,  Pakistan tercatat bahwa 16% penduduk Pakistan sudah hidup dalam situasi kerawanan pangan  tingkat sedang atau tingkat parah.

Dalam upaya untuk mencegah terjadinya krisis pangan di Pakistan pasca banjir  PBB memang telah mengirimkan bantuan kepada 1,6 juta orang tetapi jumlah bantuan ini jauh dari cukup untuk para korban banjir yang selamat.

Jika kondisi ini tidak segera diatasi maka para korban banjir Pakistan sudah dapat dipastikan akan mengalami krisis kesehatan dan krisis pangan.

Dampak Banjir yang Mematikan

Secara resmi Otoritas Manajemen Bencana Nasional Pakistan melaporkan bahwa bencana banjir besar di Pakistan yang dipicu oleh hujan yang sangat deras yang berlangsung berminggu minggu ini telah memakan korban jiwa sebanyak 1.695 orang.

Banjir ini secara tidak langsung mempengaruhi kehidupan sebanyak 33 juta penduduk Pakistan lainnya, meenghancurkan lebih dari 2 juta rumah dan menyebabkan ratusan ribu penduduk mengungsi dan tinggal di tenda tenda darurat yang tidak layak huni.

Pemerintah Pakistan mengatakan bahwa banjir besar yang melanda negaranya menyebabkan kerugian sebesar US$ 30 miliar.

Banjir besar ini telah menghancurkan ribuan kilometer jalan, menghancurkan 440 jembatan, dan merusak rel kereta api yang menyebabkan terganggunya transportasi nasional Pakistan.

Banjir besar ini tidak saja menghancurkan fasilitas saja namun telah berdampak pada ketersediaan pangan nasional karena hancurnya lahan lahan pertanian, sehingga menurut catatan Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) Pakistan kini berada dalam situasi rawan pangan.

Bahkan secara spesifik OCHA menyatakan bahwa sebanyak 5.7 juta jiwa akan mengalami kerawanan pangan diperiode September-November ini.

Situasi ini diperparah karena Pakistan tidak memiliki uang yang cukup untuk mengimpor bahan pangan pokok seperti gandum ditengah tengah meroketnya harga pangan dunia.

Banjir besar yang terjadi pada bulan Juni yang menyebabkan kerusakan yang sangat parah ini juga menimbulkan masalah baru yaitu merebaknya penyakit pasca banjir.

Situasi ini diperparah lagi dengan hujan yang tidak kunjung berhenti dan musim dingin yang akan segera tiba.

Pakistan merupakan contoh negara yang mengalami masalah politik dan ekonomi yang diperparah dengan dampak perubahan iklim global yang mematikan.

Sebelum banjir, Pakistan tercatat merupakan salah satu negara di dunia yang tingkat kematian ibu tertinggi di Asia. Situasi ini diperburuk denan bencana banjir besar yang menyebabkan sekitar 130 ribu ibu hamil yang tinggal di tenda pengungsian membutuhkan layanan kesehatan yang mendesak.

Dalam situasi yang sangat tidak menguntungkan ini PBB menyerukan kepada masyaralat internasional agar dapat membantu Pakistan melalui PBB dengan dana tambahan sebesar US$ 800 juta untuk menangani korban banjir.

Namun tampaknya respon negara kaya dunia sangat lambat untuk membantu Pakistan yang kini mengalami masalah ekonomi, politik dan pangan karena posisi negara ini yang tidak lagi strategis dan ekonomis bagi negara donor.

Upaya PBB untuk mengurangi penderitaan masyarakat Pakistan tampaknya masih belum berdampak besar karena keterbatasan dana untuk mengatasi masalah banjir yang sangat masif ini.

Diskriminasi politik dan ekonomi tampaknya kini menjadi tren baru bagi dunia yang didominasi kelompok neo kapitalis.

Bukan tidak mungkin teori Darwin yang menyatakan bahwa makhluk hidup yang akan bertahan adalah yang paling kuat akan menguasai dunia ke depan.

Sumber: https://www.kompasiana.com/rrnoor/633baa10a5a23934d83a38a2/rakyat-pakistan-alami-krisis-pangan-dunia-acuh?page=3&page_images=1