Negara Ini Siap Jadi ‘Juru Selamat’ Krisis Pangan Dunia

Jakarta–CNBC Indonesia – India menyatakan siap untuk menjadi pemasok pangan dunia di tengah krisis yang diakibatkan serangan Rusia ke Ukraina. Hal ini dinyatakan langsung oleh Perdana Menteri (PM) India, Narendra Modi.
Dalam sebuah sesi bersama Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pekan lalu, Modi mengatakan bahwa saat ini negaranya punya kemampuan untuk mengekspor pangan lebih banyak lagi. Pihaknya menyebut akan segera melakukannya bila diizinkan oleh Organisasi Perdagangan Internasional atau WTO.

“India memiliki cukup makanan untuk 1,4 miliar penduduknya, dan siap memasok stok makanan ke dunia mulai besok jika WTO mengizinkan,” ujarnya dikutip BBC, Selasa (19/4/2022).

Harga komoditas dunia sendiri sebelum perang berada di level tertingginya dalam 10 tahun terakhir. Menurut indeks harga pangan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (UNFAO), perang membuat kemudian harga pangan menjadi berada di level tertinggi sejak 1990.

Rusia dan Ukraina adalah dua pengekspor gandum utama dunia dan menyumbang sekitar sepertiga dari penjualan gandum tahunan global. Kedua negara juga menyumbang 55% dari ekspor minyak bunga matahari tahunan global, dan 17% dari ekspor jagung dan barley.

“Gangguan pasokan dan ancaman embargo yang dihadapi Rusia membuat ekspor ini harus dikeluarkan dari perhitungan. India dapat turun tangan untuk mengekspor lebih banyak, terutama ketika memiliki stok gandum yang cukup,” kata ekonom UNFAO, Upali Galketi Aratchilage.

Di sisi lain, India adalah produsen beras dan gandum terbesar kedua di dunia. Pada awal April, stok dua bahan pokok itu mencapai 74 juta ton. India juga merupakan salah satu pemasok gandum dan beras global termurah. India sudah mengekspor beras ke hampir 150 negara dan gandum ke 68 negara.

“Pedagang, bereaksi terhadap meningkatnya permintaan di pasar internasional, telah menandatangani kontrak untuk ekspor lebih dari 3 juta ton gandum selama April sampai Juli,” menurut seorang pejabat.

Meski begitu, seorang rekan senior di Center for Policy Research, Harish Damodaran, tidak begitu optimistis dengan niat Delhi ini. Ia menyebut ada beberapa hal yang membuatnya khawatir.

“Kami memiliki cukup stok saat ini. Tapi ada beberapa kekhawatiran, dan kita seharusnya tidak menjadi terlalu optimistis tentang memberi makan dunia,” ujarnya.

Ia menyebut cuaca buruk yang berpotensi mengakibatkan gagal panen dapat menjadi penghalang niatan ekspor ini. Ini menyebut produksi dapat benar-benar diketahui dalam beberapa hari mendatang.

“Kami melebih-lebihkan produksi. Kami akan tahu dalam 10 hari lagi,” paparnya.

Tanda tanya lain, katanya, adalah potensi kekurangan pupuk. Stok India telah jatuh rendah setelah perang apalagi Negeri Hindustan itu mengimpor bahan-bahan pupuk seperti kalium. Produksi kalium global sendiri saat ini dipegang Rusia dan Belarusia dengan proporsi 40%.

“Kekurangan pupuk dapat dengan mudah menekan produksi pada musim panen berikutnya. Salah satu cara untuk menyiasatinya adalah mengeksplorasi kesepakatan gandum-untuk-pupuk dengan negara-negara seperti Mesir dan di Afrika.”

Selain itu, jika perang berkepanjangan, India mungkin menghadapi tantangan logistik dalam meningkatkan ekspor. Ekonom UNFAO Aratchilage menyebut ini terkait dengan kesiapan infrastruktur negara itu.

“Mengekspor sereal dalam jumlah besar melibatkan infrastruktur besar seperti transportasi, penyimpanan, kapal. Juga kapasitas untuk memulai pengiriman dalam volume tinggi,” ujarnya lagi.