Korea Utara Minta Sumbangan Beras ke India di Tengah Krisis Pangan

Korea Utara disebut mencari sumbangan beras dari India usai bencana banjir dan topan melanda negara yang dipimpin Kim Jong-un tersebut. Bencana itu berdampak pada lahan pertanian di Korea Utara.

Diberitakan newsdelivers.com, Kantor Berita Pusat Korea yang dikelola pemerintah Korea Utara melaporkan bahwa kota-kota dan kabupaten di Provinsi Hwanghae Utara, selatan Pyongyang, berupaya untuk meminimalkan kerusakan tanaman menjelang panen ketika Topan Hinnamnor mendekati pantai usai menghantam Korea Selatan pada hari Selasa.

Pada hari yang sama, Kim mengadakan pertemuan dan menyerukan upaya untuk mencegah bencana dan melindungi kemakmuran serta pembangunan negara.
Namun, masih belum jelas dampak topan terhadap pertanian Korea Utara yang belum dipanen. Tetapi diperkirakan negara itu akan kekurangan makanan karena diperburuk oleh banjir yang menggenangi lahan pertanian sejak Agustus lalu dan ketatnya pembatasan COVID-19 di Pyongyang.

“Dengan banjir yang kembali menghancurkan pertanian seperti tahun lalu, dan pembatasan perbatasan Korea Utara masih berlanjut, diyakini bahwa akses pangan lebih ketat daripada sebelum pandemi,” kata Troy Stagarone, Direktur Senior Institut Ekonomi Korea.

Meminta Bantuan India

Manpreet Singh, Presiden Eksekutif Kamar Bisnis Internasional India, sebuah organisasi yang membantu perusahaan kecil dan menengah India tumbuh secara global, mengatakan kepada VOA Korea pada 30 Agustus melalui email bahwa pejabat Kedutaan Besar Korea Utara bertemu dengan organisasi tersebut di New Delhi.

Misi Perserikatan Bangsa-Bangsa Korea Utara di New York tidak menanggapi pertanyaan VOA Korea tentang situasi pangan negara itu dan apakah pemerintah Korea Utara sedang mencari bantuan dari luar.

Korea Utara sebelumnya telah menolak tawaran bantuan ekonomi dari Korea Selatan dengan imbalan denuklirisasi, kesepakatan itu dijabarkan oleh Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dalam “bold initiative” pada 15 Agustus.
Kim Yo-jong, adik perempuan pemimpin Korea Utara yang berpengaruh Kim Jong-un, menanggapi inisiatif pada 19 Agustus dengan mengatakan, “Tidak ada yang mau menukar nasib mereka dengan kue jagung.”

Bradley Babson, Mantan Penasihat Bank Dunia dan kini merupakan anggota dewan penasihat Korea Economic Institute of America, mengatakan bahwa alasan Pyongyang meminta pertolongan kelompok bisnis India alih-alih organisasi kemanusiaan, entah demi alasan kesehatan atau politik atau kemungkinan untuk menghindari persyaratan untuk menerima pekerja kemanusiaan ke dalam negaranya untuk mengawasi distribusi bantuan.

VOA Korea pada 26 Agustus juga mengetahui perihal sebuah iklan untuk mencari sebuah kapal untuk mengangkut 10.000 ton beras dari Pelabuhan Vizag di timur India menuju Pelabuhan Nampo di Korea Utara antara tanggal 25 hingga 30 September. Iklan itu tersebar melalui email di kalangan industri perkapalan dunia.

Seorang narasumber yang mengetahui soal iklan itu memberitahu VOA Korea bahwa pihak yang mengekspor beras itu ingin mengangkut varietas beras butir panjang yang biasa tumbuh di India, Pakistan, Thailand, dan Vietnam. Korea Utara sendiri menanam dan mengonsumsi beras butir pendek.

Masih harus ditelusuri apakah permohonan sumbangan beras yang diajukan Pyongyang kepada Indian Chamber of International Business dengan upaya eksportir India untuk mengangkut beras ke Korea Utara itu saling berhubungan.
“10.000 ton beras itu tidak banyak (mengingat defisit pangan Korea Utara). Saya melihat ini semua sebagian besar bersifat simbolis dan bukan solusi masalah pangan (yang dialami oleh Korea Utara), yang saya rasa terjadi sangat parah tahun ini,” kata Babson.

Sumber : Kumparan