Rusia pertanyakan kesepakatan ekspor biji-bijian yang ditengahi PBB

Jakarta – Rusia pada Selasa (6/9) mempertanyakan kesepakatan–yang ditengahi PBB–dengan Ukraina untuk meningkatkan ekspor biji-bijian dan pupuk oleh kedua negara, seraya menuduh negara-negara Barat gagal memenuhi janji membantu memfasilitasi pengiriman produk Rusia.

Rusia dan Ukraina adalah pemasok utama makanan dan pupuk, tapi invasi Moskow pada 24 Februari terhadap tetangganya itu menghentikan ekspor Ukraina melalui Laut Hitam dan memicu krisis pangan global.

Rusia mengeluh bahwa efek mengerikan dari sanksi Barat–yang diberlakukan akibat perang–telah memperlambat pengiriman produknya.

PBB, dibantu oleh Turki, menengahi kesepakatan penting pada 22 Juli antara Rusia dan Ukraina yang telah memulai kembali ekspor gandum dan pupuk Ukraina melalui Laut Hitam.

Tapi bagian penting dari kesepakatan itu adalah juga memfasilitasi ekspor makanan dan pupuk Rusia. Amerika Serikat dan negara lainnya meyakinkan bank, perusahaan pengiriman dan asuransi bahwa transaksi tersebut diperbolehkan dan bahwa makanan dan pupuk Rusia tidak pernah dikenakan sanksi.

“Rekan-rekan kami di negara-negara Barat tidak melakukan apa yang dijanjikan Sekretaris Jenderal PBB kepada kami,” kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Selasa.

“Mereka tidak mengambil keputusan untuk menghapus sanksi logistik yang mencegah akses bebas gandum dan pupuk Rusia ke pasar dunia.”

Lavrov mengatakan dia berbicara kepada PBB tentang masalah tersebut. Kesepakatan itu adalah satu-satunya terobosan diplomatik yang signifikan dalam perang enam bulan Ukraina.

“Kami terus bekerja melalui sejumlah rintangan dalam aturan sanksi untuk memfasilitasi ekspor biji-bijian dan pupuk Rusia,” kata juru bicara PBB Stephane Dujarric pada Selasa.

Departemen Luar Negeri AS tidak segera menanggapi permintaan komentar atas pernyataan Lavrov.

Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mengatakan pada Selasa bahwa kesepakatan 120 hari yang disepakati Rusia dengan Ukraina, Turki dan PBB itu “biasanya harus diperpanjang.”

Tapi ketika ditanya apakah kesepakatan itu bisa berantakan, dia berkata: “Berdasarkan hasil-hasilnya– atau lebih tepatnya tidak ada hasil–saya tidak mengecualikan kemungkinan apa pun, tapi itu bukan hak saya untuk memutuskan.”

“Kami ingin melihat bagian Rusia dari kesepakatan itu dijalankan sejauh ini,” katanya, seraya menegaskan bahwa tidak ada biji-bijian atau pupuk Rusia yang diekspor di bawah perjanjian yang ditengahi PBB. Dia tak menjelaskan lebih lanjut.

Rusia menangguhkan semua data ekspor resmi pada April, tapi para pedagang dan analis industri mengatakan pekan lalu bahwa ekspor gandum Rusia diperkirakan akan meningkat menjadi 4 juta ton pada September dari 3,5 juta ton pada Agustus.

Bulan lalu, kantor berita Interfax mengutip Menteri Perdagangan Denis Manturov yang mengatakan bahwa ekspor pupuk dari Rusia turun 7 persen pada semester pertama tahun ini.

 

Sumber : Antara