Bisnis.com, JAKARTA — Harga gabah dan beras turun pada Juli ditengarai dipicu oleh lesunya pasar. Selain itu banjir stok di pasar dan naiknya produksi jelang masa panen periode Agustus–September turut memberikan tekanan kepada harga.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa harga rata-rata gabah kering panen (GKP) di tingkat petani pada Juli 2021 turun 5,17 persen secara bulanan. Harga beras di tingkat eceran juga turun 0,25 persen pada Juli 2021, mengikuti tren harga beras semua kualitas yang turun di tingkat penggilingan.
Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan terdapat sejumlah faktor yang memicu lesunya pasar. Pertama, produksi beras berpeluang besar masih tinggi pada Juni dan Juli, terutama di sentra produksi.
“Ini sangat mungkin terjadi karena pada Mei dan Juni lalu beberapa wilayah masih diguyur hujan, tetapi tetap perlu dicek oleh BPS,” katanya, Selasa (3/8/2021).
Kedua, Khudori mengatakan petani berlahan sempit cenderung menahan penjualan beras atau gabah mereka karena didorong oleh ketidakpastian pandemi. Kelompok ini, lanjutnya, tetap mengutamakan keamanan pangan sendiri.
“Lalu, karena beras di gudang Bulog masih banyak, Bulog mengerem pengadaan. Mereka menyesuaikan dengan kemampuan outlet yang terbatas,” kata dia.
Bulog tercatat telah menyerap 811.858 ton beras. Pengadaan beras dalam dua bulan terakhir sebesar 27.886 ton pada Juni dan 70.159 ton pada Juli, lebih rendah dibandingkan dengan penyerapan pada masa panen Maret dan April yang masing-masing sebesar 223.829 ton dan 310.616 ton. Pada sisi lain, Bulog hanya menyalurkan 26.379 ton beras untuk stabilisasi harga dibandingkan dengan rata-rata penyaluran 80.000 ton per bulan.
Faktor lainnya, tambah Khudori, berkaitan dengan stok di masyarakat luas. Dia mengatakan pemerintah mulai menyalurkan berbagai bantuan sosial dalam bentuk komoditas pangan. Contohnya adalah tambahan 10 kg beras bagi puluhan juta keluarga penerima manfaat Program Keluarga Harapan (PKH).
“Juga ada bantuan beras, di DKI juga ada bantuan semacam ini. Semua itu membuat pasar jadi lesu,” kata Khudori.
Menanggapi situasi perberasan terkini, Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaluddin Iqbal mengatakan bahwa penyerapan dan penyaluran oleh Bulog selalu mengacu pada harga pembelian pemerintah (HPP) beras yang telah diatur. Pengadaan Bulog juga berpatokan pada kondisi stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang diamanatkan harus selalu berada di atas 1 juta ton.
“Perlu dibedakan harga turun dan harga jatuh. Selama harga turun tetapi masih di atas HPP, kami juga tidak bisa serap untuk CBP. Kecuali untuk beras komersial,” kata Awaluddin.
Adapun mengenai realisasi penyaluran yang lebih rendah dari rata-rata bulanan pada Juli 2021, dia mengatakan bahwa hal tersebut mencerminkan bahwa stok di masyarakat dalam kondisi memadai.