BRIN, Pertanian Presisi Untuk Mendukung Ketahanan Pangan Nasional

Subang – Humas BRIN. Perkembangan inovasi di bidang pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan terus dikumandangkan oleh Pemerintah Indonesia yang bertujuan agar kebutuhan pangan Nasional terus terpenuhi. Hal ini sesuai dengan amanah UU No. 18 tahun 2012 tentang Pangan, Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan.

“Pusat Riset Teknologi Tepat Guna – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah membuat konsep awal bagaimana teknologi yang akan diterapkan dan nantinya memiliki ketepatan khusus di bidang manufacture engineering yang memiliki ring lebih spesifik pada mesin-mesin, sementara pada precision agriculture memiliki ketepatan yang lebih luas,” kata Kepala PRTTG, Achmat Sarifudin dalam sambutannya pada Webinar Nasional yang kedua tahun 2023 dengan tema “Pertanian Presisi Untuk Mendukung Ketahanan Pangan,” Selasa (14/11).

Menurut Achmat, ketepatan khusus yang dimaksud pada manufacture engineering yaitu teknologi terkait dengan ketepatannya mulai dari aspek-aspek dosis pupuk, obat pestisida, teknik penanaman dan sebagainya, dengan demikian ketepatannya diharapkan akan mendorong pertanian yang berkelanjutan.

“Fungsi PRTTG yang berada dibawah Organisasi Pertanian dan Pangan (ORPP) – BRIN diharapkan bisa memberikan warna di bidang manufaktur peralatan-peralatan TTG yang teruji secara komprehensif, dimana pada PRTTG ada lima kelompok riset yang salah satunya adalah Kelompok Riset TTG Pra Panen dan Panen, teknologi kelompok ini kedepan diharapkan dapat mendukung di bidang pengembangan pra panen dan panen, dengan flagship tersebut PRTTG di bidang manufaktur sangat mendorong pengembangan pada precisions engineering,” jelasnya.

Kemudian ia menyampaikan harapannya bahwa drone menjadi salah satu tools yang dapat dimanfaatkan dengan teknologi berbasis 4.0 di bidang pra panen sampai dengan panen. Karenanya, pada webinar ini dapat memberikan inside pengembangan dan pemanfaatan teknologi drone mulai dari penanaman, pemupukan, penanganan hama sampai monitoring dan survei pra panen dan panen yang sangat bermanfaat bagi periset di PRTTG maupun bagi para kolega.

“Harapan berikutnya bahwa perjanjian kerja sama riset yang telah disepakati oleh BRIN dan PEPI agar diisi dengan berbagai macam aktivitas-aktivitas yang relevan dengan PRTTG baik itu pra panen dan pasca panen, kemudian berkolaborasi dengan tim kelompok riset pra panen dan panen di PRTTG untuk bersama-sama mengembangkan pertanian presisi tersebut,” ungkap Achmat.

Lebih lanjut Achmat menyampaikan, bahwa pada webinar kali ini akan dibahas khususnya terkait precision agriculture, karenanya PRTTG menghadirkan para kolega-kolega sebagai narasumber inti pada webinar ini yaitu dari Direktur PT. Drone Lab Indonesia, Yosa Rosario dan Athoillah Azadi selaku Dosen Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia.

Narasumber pertama Yosa dalam sambutannya menyampaikan, bahwa pengalaman dirinya dalam bisnis pemanfaatan drone yang sangat berguna untuk industri perkebunan pertanian sejak tahun 2010, hal ini ia tekuni untuk pemanfaatan drone terutama yang berguna untuk pertanian di Indonesia sebagai Negara Agraris. Materi yang ia sampaikan pada webinar ini tentang “Pemanfaatan Drone dalam Pemberian Data dan Informasi di Bidang Pertanian” hal ini terkait bagaimana drone dapat memberikan informasi.

“Pemanfaatan drone saat ini semakin luas semisal untuk fotografis, pemetaan dan pengiriman barang. Fokus pada informasi fotografis untuk pertanian bahwa manfaat drone adalah untuk pemetaan dan pemantauan lahan, penyebaran benih/bibit, dan pest control,” ungkap Yosa.

Yosa menjelaskan, bahwa informasi yang didapatkan dengan penggunaan drone yaitu dengan menggunakan kamera multispektral pada informasi lahan, informasi tanaman, dan informasi serangan hama dan penyakit. Informasi lahan terkait dengan kelembaban lahan, tingkat kesuburan tanah, tekstur tanah, kemiringan lahan, keberadaan gulma, dan keberadaan bebatuan. Kemudian ia menjelaskan identifikasi tanaman dalam suatu wilayah dengan drone pada populasi tanaman, kesehatan tanaman, perkembangan tanaman, dan keberadaan hama dan penyakit. Hal tersebut merupakan kegiatan perawatan pada tanaman yang luas dengan penggunaan pestisida, pupuk dan lainnya. Identifikasi penyebaran hama dan penyakit dengan drone pada lokasi serangan hama dan penyakit, tingkat keparahan serangan hama dan penyakit. Dimana drone melalui identifikasi foto udara akan lebih efektif dengan menggunakan kamera multispektral pada basic by warna sebagai sampel pada suatu identifikasi tanaman.

“Penggunaan drone potensial dalam pertanian terutama pada petani muda, namun disayangkan petani muda saat ini belum banyak yang tertarik, karenaya menjadi peran kita agar petani muda masuk dalam industri perkebunan pertanian,” jelas Yosa.

Lebih lanjut Yosa menyampaikan, dimana ada beberapa tantangan dalam penggunaan drone yaitu biaya, keterampilan dan pelatihan, regulasi, dan ketersediaan infrastruktur. Sedangkan peluang teknologi drone pada peningkatan efisiensi, peningkatan produktivitas, peningkatan kualitas hasil pertanian, dan peningkatan nilai-nilai tambah. Oleh karenanya, teknologi drone dapat menjadi solusi yang efektif untuk meningkatkan produktivitas pertanian di Indonesia.

Sementara narasumber kedua Athoillah dalam sambutannya menyampaikan, masa depan ketahanan pangan modern di Indonesia sudah banyak dan lama dilakukan oleh teman-teman kita negara-negara lain, karena kita memang banyak hal handicap yang menghambat pada perkembangan pertanian presisi di Indonesia, oleh karenanya perlu diketahui apa itu “Pertanian Presisi/ Precision Agriculture?”.

Dari kondisi pertanian presisi pra panen pada prinsipnya adalah pertanian yang berbasis informasi dan produksi yang terintegrasi. Jadi semua informasi yang dari sumber input budidaya terkolek dan terintegrasi yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi produksi, meningkatkan produktivitas, yang nantinya adalah untuk produktivitas pertanian secara jangka panjang, spesifik lokasi, dan menyeluruh.

“Pentingnya budidaya pertanian yaitu untuk menipisnya permukaan air tanah, memberikan dosis nutrisi yang seimbang pada tanaman, mencegah degradasi tanah di lahan yang bisa ditanami, pengurangan penggunaan bahan kimia dalam produksi tanaman, dan meningkatkan kualitas, kuantitas dan mengurangi biaya produksi,” ungkap Athoillah.

Lebih lanjut Athoillah menyampaikan, bahwa tujuan dari pertanian presisi adalah untuk mengidentifikasi penyebab variasi dalam lapangan dalam kinerja tanaman, untuk meningkatkan efisiensi input budidaya, memaksimalkan produksi, meningkatkan kualitas produksi, melindungi tanah dan air tanah, prediksi potensi panen lebih awal dan menentukan potensi manfaat ekonomi dan lingkungan.

Kemudian ia menjelaskan tentang pertanian presisi di Indonesia belum berkembang oleh karena beberapa hal diantaranya pertanian berukuran kecil, sistem tanaman yang heterogen, investasi modal awal yang tinggi, tingginya biaya untuk memperoleh dan menganalisis data spesifik lokasi, kurangnya keahlian teknis lokal, keengganan petani, dan kurangnya kesadaran terhadap permasalahan lingkungan hidup, jelas Athoillah.

Hadir dalam Webinar Nasional PRTTG ini Bapak Yanyan Achmad H selaku Ketua dan para anggota Kelompok Riset Pra Panen dan Panen PRTTG serta para undangan dari berbagai daerah di Indonesia yang masuk pada link zoom meeting sebanyak 335 peserta. Nampak dalam kesempatan webinar ini para peserta sangat antusias dan cukup mengerti atas penjelasan materi yang disampaikan oleh kedua narasumber, karenanya menimbulkan banyak pertanyaan-pertanyaan dan terjadi interaksi tanya jawab atas keingintahuan peserta webinar terkait TTG pemanfaatan drone dan implementasi sistem pertanian presisi pendukung budidaya pertanian. (sp.ecp.da/ed: da, set).

Sumber: https://www.brin.go.id/news/116682/brin-pertanian-presisi-untuk-mendukung-ketahanan-pangan-nasional