Jakarta — Memasuki akhir tahun, puluhan ribu ton beras masih menumpuk di gudang Bulog Cirebon. Ketiadaan penyaluran beras untuk rakyat miskin (raskin) membuat stok beras yang ada sulit keluar.
Pemimpin Perum Bulog Kantor Cabang Cirebon, Budi Sultika mengatakan, stok beras yang masih tersimpan di gudang Bulog Cirebon saat ini ada 80 ribu ton. Dari jumlah tersebut, sekitar 2.000 ton di antaranya merupakan beras impor dari Vietnam yang masuk pada 2018 silam.
“Ada juga stok dari hasil pengadaan 2021 sebanyak 33 ribu ton,’’ kata Budi, Rabu (24/11).
Budi menyebutkan, target pengadaan Bulog Cirebon pada 2021 mencapai 77 ribu ton. Dari jumlah tersebut, baru tercapai 33 ribu ton.
Pengadaan beras itu diperoleh dari hasil panen rendeng (hujan) saat harga gabah jatuh. Sedangkan saat panen gadu (kemarau), harga gabah sudah melebihi harga pembelian pemerintah (HPP).
Budi menyatakan, menumpuknya stok di gudang itu terjadi sejak tidak ada program raskin. Beras yang masuk dari hasil penyerapan, tidak sebanding dengan beras yang dikeluarkan sehingga akhirnya menumpuk di gudang.
Saat ini, lanjut Budi, pihaknya sedang berusaha mencari jalan agar stok beras yang ada di gudang bisa segera keluar. Salah satu dengan berkoordinasi dengan instansi terkait agar dapat diupayakan bersama untuk menyalurkan beras tersebut.
Budi menyatakan, stok yang menumpuk saat ini harus segera bisa keluar. Apalagi, saat ini para petani sudah mulai memasuki musim tanam rendeng 2021/2022.
Di saat musim rendeng, harga panen biasanya akan jatuh. Dalam kondisi seperti itu, Bulog Cirebon akan membeli beras maupun gabah petani, dengan kualitas yang sudah ditetapkan pemerintah.
Sumber : REPUBLIKA.CO.ID