JAKARTA, KOMPAS — Badan Pusat Statistik DKI Jakarta mencatat inflasi Jakarta di Desember 2021 mencapai 0,45 persen. Inflasi di pengujung tahun itu tercatat paling tinggi di sepanjang tahun lalu yang dipicu naiknya harga minyak goreng, tarif angkutan udara, telur ayam ras, cabai rawit, dan cabai merah.
Kepala BPS DKI Jakarta Anggoro Dwitjahyono dalam paparan secara daring, Senin (3/1/2022), memaparkan, inflasi pada Desember 2021 sebesar 0,45 persen, tercatat lebih tinggi 0,05 poin persentase dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Kenaikan harga minyak goreng, tarif angkutan udara, telur ayam ras, cabai rawit, dan cabai merah memicu inflasi yang tinggi itu.
Inflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau tercatat 1,57 persen dan menyumbang 0,342 persen pada inflasi. Penyumbang tertinggi inflasi pada kelompok ini, yaitu minyak goreng dengan inflasi 9,48 persen dengan andil pada inflasi 0,087 persen.
”Naiknya harga crude palm oil (CPO) di pasar global tampaknya masih terus berpengaruh pada harga minyak goreng di dalam negeri,” kata Anggoro.
Komoditas lain yang juga memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap inflasi dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau adalah telur ayam ras, cabai rawit, dan cabai merah dengan andil inflasi masing-masing 0,041 persen, 0,038 persen, dan 0,030 persen.
”Tingginya permintaan dan minimnya pasokan di pasaran membuat peningkatan harga komoditas-komoditas tersebut tidak dapat dihindari,” kata Anggoro.
Kemampuan kami terbatas karena bisa dibilang sepanjang hulunya tidak terkendali, hilirnya agak sulit untuk dikendalikan.
Kelompok berikutnya yang menyumbang inflasi tinggi, yaitu transportasi. Andil inflasi pada kelompok ini terpantau 0,050 persen dengan tingkat inflasi 0,44 persen.
Naiknya tarif angkutan udara dan sewa kendaraan carter atau rental menjadi pemicu utama inflasi kelompok ini. Angkutan udara menjadi komoditas dengan andil inflasi tertinggi setelah minyak goreng, yaitu 0,044 persen. Adapun kendaraan rental atau sewa berkontribusi 0,005 persen.
Pada Desember, aktivitas masyarakat di luar rumah umumnya meningkat. Bertepatan dengan perayaan Natal dan Tahun Baru, serta liburan sekolah, banyak masyarakat yang memanfaatkan momen tersebut untuk bepergian, kuliner, ataupun berbelanja.
”Banyaknya masyarakat yang bepergian agaknya mendorong tingginya permintaan terhadap jasa tersebut sehingga tarifnya meningkat,” kata Anggoro.
Pamrihadi Wiraryo, Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya, secara terpisah, menjelaskan, untuk harga telur, sebetulnya saat ini sudah sedikit turun. Kenaikan harga telur tersebut sangat tergantung dari sektor hulunya, yaitu pakan ternak.
Di DKI Jakarta, untuk membantu masyarakat penerima Kartu Jakarta Pintar (KJP), tenaga pendidik, warga rusun, juga penyedia jasa lainnya orang perorangan (PJLP), Food Station menggelar program pangan murah.
”Jadi kemarin selama kami melakukan pangan murah bersubsidi, harga telur praktis di Rp 22.000 per kilogram. Hanya pangan murah bersubsidi tersebut berakhir di November 2021, sementara stok yang kami siapkan 50 ton dan tetap saja habis,” ujarnya.
Namun, operasi pasar memang tidak kuat kalau Food Station sendirian sementara pemain-pemain atau pedagang telur menjual dengan harga normal. ”Kemampuan kami terbatas karena bisa dibilang sepanjang hulunya tidak terkendali, hilirnya agak sulit untuk dikendalikan. Yang bisa kita lakukan ya operasi pasar saja,” kata Pamrihadi.
Untuk bisa menurunkan harga, menurut Pamrihadi, adalah peran pemerintah pusat. Pemerintah pusat berkewajiban untuk memastikan pasokan pakan dan keperluan lain untuk industri ayam petelur itu lancar.
Sebagai badan usaha milik daerah (BUMD) yang bergerak di bidang pangan, ke depan Food Station akan bermitra dengan BUMD-BUMD di daerah untuk melakukan budidaya jagung. Budidaya itu akan menyediakan jagung pakan ayam petelur.
Dari situs resmi Pemprov DKI terkait info pangan Jakarta, diketahui harga telur ayam tertinggi Rp 33.000 per kg, harga terendah Rp 25.000 per kg, dan harga rata-rata Rp 30.021 per kg.
Dalam pantauan stok pangan jelang Natal dan Tahun Baru, 23 Desember 2021, di Pasar Induk Kramat Jati, Arief Nasrudin, Direktur Utama Perumda Pasar Jaya, menjelaskan, memang terjadi peningkatan kebutuhan pangan. Namun, stok dijamin aman meski pasokan komoditas yang terpengaruh cuaca.
”Contohnya cabai rawit merah yang panennya terpengaruh oleh cuaca ekstrem dan hujan,” ujar Arief.
Minyak goreng curah juga sempat terpengaruh stoknya. Namun, dengan manajemen stok, minyak goreng kemasan bisa menjadi pengganti.
Perumda Pasar Jaya dengan fasilitas berupa mesin controlled atmosphere storage (CAS) atau mesin penyimpan dengan suhu yang diatur bisa menyimpan cabai merah dan bawang merah dalam jumlah mencukupi sehingga manakala stok kurang bisa digelontor.
Anggoro melanjutkan, kendati inflasi Desember 2021 0,45 persen, inflasi Jakarta sepanjang 2021 cukup terkendali. Itu karena inflasi tahun kalender terpantau 1,53 persen, turun 0,06 poin persentase dibandingkan dengan tahun lalu, serta masih jauh di bawah kondisi normal tahun 2019 yang mencapai 3,23 persen.
Sumber Kompas.com