Mentan Ingatkan Pentingnya Ketangguhan Sistem Pangan Kawasan ASEAN

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam pertemuan AMAF Plus Tiga ke-21 yang diselenggarakan secara virtual pada Rabu 27 Oktober 2021. (Foto: Dok. Kemtan)

Jakarta, – Pandemi Covid-19 telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan, termasuk pada pencapaian Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Tujuan 2 “Tanpa Kelaparan”, khususnya dalam memastikan pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi yang memadai bagi seluruh masyarakat di kawasan ASEAN.

Karenanya Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menekankan urgensi penguatan resilensi/ketangguhan sistem pangan kawasan, terhadap berbagai guncangan harus disikapi secara serius.

“Saya mendorong negara ASEAN dan Plus Tiga untuk meningkatkan kerja sama regional dalam membangun resiliensi sistem pangan dan pertanian berkelanjutan melalui penerapan teknologi digital pertanian, solusi berbasis alam, dan energi biomass,” kata Syahrul dalam pertemuan AMAF Plus Tiga ke-21 yang diselenggarakan secara virtual pada Rabu(27/10/21).

Selanjutnya, Syahrul mengatakan pihaknya meyakini hal tersebut dapat dicapai melalui optimalisasi pemanfaatan berbagai forum dan mekanisme di bawah kerangka kerja sama AMAF Plus Tiga. Dirinya mengingatkan pentingnya optimalisasi Cadangan Beras Darurat ASEAN bersama Tiga Negara Mitra ASEAN (APTERR) dalam mengantisipasi kerawanan pangan.

Langkah ini diharapkan mampu meningkatkan peran APTERR dalam mendukung lebih besar lagi penanganan kejadian darurat pangan di kawasan ASEAN yang diakibatkan bencana alam, pandemi, atau krisis ekonomi untuk memperkokoh resiliensi sistem pangan kawasan ASEAN.

“Mungkin tidak kita gunakan sekarang, tetapi suatu saat bila ada hal diluar dugaan kita, seperti anomali cuaca, Covid, climate change, maka tentu saja ini Cadangan Beras Darurat akan kita butuhkan, saya ingatkan ini lagi” ucap Mentan.

Mentan menambahkan kemitraan ASEAN dengan mitra Plus Tiga (China, Jepang dan Korea) di sektor pangan, pertanian, dan kehutanan telah terjalin dengan baik selama 21 tahun. Kerja sama ini dibangun dengan semangat untuk memperkuat dialog kebijakan, koordinasi dan penanganan isu-isu pangan, pertanian, dan kehutanan.

Mentan menilai kerja sama yang erat antara ASEAN dan mitra Plus Tiga perlu dioptimalkan dengan memperkaya dan memperdalam berbagai topik kerja sama. Penguatan rantai nilai pangan regional (regional food value chain) pada beberapa sektor potensial seperti pertanian, perikanan, industri ramah lingkungan (green manufacturing), dan berbagai program untuk memperlancar arus barang dan jasa juga sangat penting untuk ditingkatkan.

“Pertemuaan berjalan sangat efektif, dan semua negara mengatakan hanya pertanian yang menjadi kekuatan paling dasar, untuk kemudian secara bertahap pulih dari dampak Covid, khususnya memberikan kontribusi dibidang ekonomi,” ujar Mentan.

ASEAN Plus Tiga
Diketahui, strategi kerja sama ASEAN Plus Tiga untuk bidang pangan, pertanian dan kehutanan yang disusun bersama untuk periode 2016-2025 telah meletakan fokus pada sembilan area strategis yaitu: (i) penguatan ketahanan pangan; (ii) pengembangan energi biomass; (iii) manajemen hutan berkelanjutan; (iv) adaptasi dan mitigasi perubahan iklim; (v) pengendalian penyakit hewan dan hama tanaman; (vi) peningkatan pengembangan sumber daya manusia dan capacity building; (vii) peningkatan produktivitas, kualitas, dan pemasaran produk pertanian; (viii) penguatan jaringan dan pertukaran informasi dan pengetahuan; serta (ix) penguatan riset dan pengembangan kerja sama.

ASEAN Plus Tiga didorong untuk lebih meningkatkan kerja sama dalam kegiatan regional, untuk mencapai produksi pertanian dan sistem pangan yang inovatif dan berkelanjutan.

Dengan tujuan untuk mempromosikan penerapan teknologi digital di bidang pertanian, penerapan solusi berbasis alam di bidang pertanian, kehutanan dan adaptasi perubahan iklim dan mitigasi dan mempromosikan ekonomi sirkular di bidang pertanian dan kehutanan, serta energi biomassa.

Sumber:Beritasatu.com