REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kementerian Pertanian (Kementan) memproyeksi akan terdapat surplus beras pada periode Januari-Maret sekitar tiga juta ton, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) serta data yang dimiliki Kementan.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengatakan, data yang diperoleh BPS merupakan data resmi negera yang tidak bisa diragukan lagi. Sebab, data yang dihasilkan oleh BPS menggunakan metode Kerangka Sampel Area (KSA).
“Jadi jangan meragukan data BPS. karena datanya sudah melalui proses panjang, termasuk data KSA. Lalu kemudian Kementan menggunakan tiga metode, standing crop, artificial intelegent, laporan daerah, dan datang langsung ke lapangan. Hasilnya sama, beras kita cukup,” kata Syahrul dalam melalui keteragan tertulis, Ahad (5/2/2023).
Panen yang tengah berlangsung salah satunya terdapat di kawasan Bekasi, Jawa Barat. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi, Nani Suwarni menyampaikan, luas baku lahan yang ada saat ini mencapai 47 ribu hektare. Dari luasan tersebut, lahan yang tengah dipanen mencapai 423 hektare dengan rata-rata produktivitas mencapai 6,5 ton per hektare.
Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi, Nevi Hendri menyebut, luas panen padi di Desa Sukakarya mengalami peningkatan sebanyak tiga persen dari luas panen tahun sebelumnya. Peningkatan ini terjadi sejak 2021 yang dihitung berdasarkan metode Krangka Sempel Area (KSA).
Secara Teknis, menurut Nevi, produksi padi diperoleh dari hasil perkalian luas panen bersih dengan produktivitas. Luas panen tanaman padi di lahan sawah dikoreksi dengan besaran konversi galengan. Sementara itu, produksi beras didapatkan dari hasil perkalian produksi padi atau gabah dengan angka konversi gabah ke beras.
“Produksi padi dan beras dihitung hingga level kabupaten dan kota. Termasuk hitungan di Kabupaten Bekasi. Di mana, sejak 2021 luas panennya meningkat tiga persen,” ujar Nevi.
Dengan demikian, menurut Nevi, produksi yang ada saat ini mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Bekasi atau dalam kategori cukup. Namun, dia melihat masih harus dilakukan upaya maksimal pada sisi distribusi dari satu tempat ke tempat lainya.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Bekasi, Mulyana memastikan, kebutuhan dan pasokan beras di wilayahnya dalam kondisi aman dan melimpah. Bahkan, tak menutup kemungkinan, beras dari Bekasi juga mampu menyangga kebutuhan beras di Jawa Barat dan Ibu Kota Jakarta.
“Alhamdulillah panen musim ini hasilnya sangat memuaskan. Padahal, secara jadwal tanam di sini sedikit maju. Kualitas padinya sangat bagus dan lembut sesuai apa yang diharapkan oleh petani,” kata dia.
Menurut Mulyana, produktivitas padi di Kabupaten Bekasi cukup bagus karena setiap kali tanam mampu menghasikan enam ton sampai tujuh ton per hektare. Hal ini terjadi karena pemerintah terus memberikan bantuan dan pendampingan.
“Salah satunya bantuan Alsintan dan Kredit Usaha Rakyat. Saya kira sangat membantu sekali karena bisa meningkatkan produksi,” katanya.
Penyuluh Pertanian Sukamakmur Bekasi, Wawan Kurniawan mengatakan, penanaman ataupun hasil panen di Kabupaten bekasi sudah sangat memuaskan, dengan rata-rata hasil panen mencapai enam ton lebih. Hasil tersebut, menurut Wawan, sudah sesuai target karena varietas yang digunakan adalah IR 42.
Selain itu, para petani juga sudah mendapat banyak bantuan dan pendampingan. Terutama pupuk organik cair dan cara membuat biosaka.
Sumber: https://www.republika.co.id/berita/rpmwdo502/kementan-proyeksi-beras-surplus-tiga-juta-ton-kenapa-masih-mahal