Kementan Gandeng Gubernur se-Indonesia Antisipasi Dampak La Nina

TRIBUNNEWS.COM – Kementerian Pertanian (Kementan) menggandeng gubernur se-Indonesia untuk bekerjasama mengantisipasi dampak La Nina sebagaimana diprediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang akan berdampak bagi sektor pertanian.

Melalui surat Nomor 167/SR.410/M/10/2021 tanggal 11 Oktober 2021 prihal Mitigasi Banjir dan Kekeringan Tahun 2021, Kementan meminta gubernur ikut terjun langsung mengantisipasi dampak yang akan terjadi.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, keterlibatan gubernur dalam upaya menangani dampak La Nina sebagai masukan strategi dalam mengantisipasi fenomena La Nina yang berakibat meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia dan menyebabkan musim hujan terjadi lebih lama.

“Kita tidak mau pertanian terganggu. Dalam situasi dan kondisi apapun, sektor pertanian harus terus berjalan. Maka, kita harus menyiapkan sejumlah langkah antisipasi,” kata Mentan SYL.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Ali Jamil menerangkan, ada enam langkah yang bisa dilakukan dalam rangka Mitigasi dampak La Nina bagi sektor pertanian.

Pertama, memetakan daerah rawan banjir dan kekeringan, serta membangun early warning system melalui pemantauan kondisi iklim harian yang bersumber dari data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

“Kedua, lakukan percepatan tanam untuk daerah dengan puncak genangan di bulan Desember 2021 dengan mengerahkan brigade tanam dan prasarana pendukung seperti traktor, pupuk, benih dan lainnya,” terang Ali.

Ketiga, melakukan normalisasi saluran dan pembangunan tanggul penahan air. Keempat, menggunakan benih varietas tahan genangan seperti lnpara 1-10, Inpari 29, lnpari 30, Ciherang dan varietas lainnya. “Kelima, mendorong petani untuk mengikuti program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP),” ujar Ali.

Terakhir, untuk lokasi yang saat ini masih memasuki musim kemarau, Ali menyebut ada tiga langkah antisipasi yang harus dilakukan. Pertama, melakukan pengawalan giliran pembagian air dan penghematan pemanfaatannya.

Kedua, mengoptimalkan pemanfaatan sumber-sumber air permukaan dan air tanah yang ada sebagai suplesi irigasi pada lahan sawah yang terdampak kekeringan. “Terakhir, memanfaatkan pompa-pompa air, embung, dam parit, long storage dan lainnya,” paparnya.

Dengan langkah tersebut, Ali menyebut Kementan dalam strategi mengantisipasi badai La Nina tetap memperhatikan pula daerah-daerah yang masih mengalami kekeringan.

“Kami fokus pada masalah banjir dan Kekeringan agar target kita tentang swasembada pangan tetap berjalan dan pada saat yang sama, produktivitas pertanian juga tetap terjaga,” tutur Ali.

Sementara, Direktur Irigasi Pertanian Ditjen PSP Kementan Rahmanto mengungkapkan, irigasi pertanian diharapkan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para petani. Tidak hanya untuk sektor tanaman pangan, tetapi juga untuk sektor hortikultura, perkebunan, dan peternakan.

“Air adalah faktor teknis bagi terungkitnya produktivitas pertanian. Pada akhirnya, kesejahteraan petani juga meningkat,” ujar Rahmanto.(*)