KOMPAS.com – Kepala Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) Marino mengatakan, berdasarkan data yang dihimpun BPTPH Sumut, terdapat 917,5 hektar (ha) lahan pertanian yang terkena banjir di wilayahnya hingga awal November 2021.
Bahkan, kata dia, 117,5 ha di antaranya mengalami puso atau tidak mengeluarkan hasil.
“Agar dampak banjir seperti ini tidak meluas, kami telah melakukan upaya-upaya penanganan,” kata Marino dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (9/11/2021).
Adapun upaya penanganan tersebut yaitu mengajak para petani membersihkan parit atau saluran air, memanfaatkan bantuan pompa untuk membuang air, dan mengaktifkan pos komando (posko) di tingkat desa dan kecamatan.
Marino juga menginstruksikan petugas pengendali organisme pengganggu tumbuhan (POPT) untuk mengintensifkan pengamatan perkembangan banjir di wilayah kerja masing-masing.
Sementara itu, Direktur Perlindungan Tanaman Pangan sekaligus Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Perbenihan Kementerian Pertanian (Kementan) Takdir Mulyadi menyampaikan, pihaknya sudah mengusulkan bantuan benih bagi petani.
“Kami telah sampaikan kepada Dinas Pertanian Kabupaten Sergai agar segera mengusulkan bantuan benih bagi petani sesuai kebutuhan di lapangan,” katanya.
Takdir memaparkan, bantuan benih padi diberikan oleh Kementan kepada petani untuk mengurangi kerugian setelah lahan pertanian di Sumut terendam banjir.
Ia menyatakan, Kementan akan terus berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut untuk mengatasi masalah pertanian akibat dampak La Niña.
Sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah menginformasikan bahwa beberapa daerah di Indonesia akan mengalami dampak La Niña menjelang akhir 2021.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi menyebutkan, untuk mengantisipasi hal tersebut, Kementan telah menyiapkan delapan langkah strategis demi mengamankan produksi pangan dalam negeri.
Pertama, update mapping wilayah rawan banjir dan endemis serangan organisme pengganggu tumbuhan. Kedua, meningkatkan early warning system dan rutin memantau informasi dari BMKG.
Ketiga, siap siaga membentuk gerakan brigade yang terdiri dari brigade La Niña, brigade alat dan mesin pertanian (alsintan), brigade alat tanam, serta brigade panen dan serap gabah komando strategi penggilingan padi (kostraling).
Keempat, pompanisasi in-out dari sawah serta merehabilitasi jaringan irigasi tersier atau kuarter, terutama di wilayah yang rawan terjadi banjir.
Kelima, menggunakan benih padi tahan rendaman yaitu inbrida padi rawa (Inpara) 1-10, Inpara 29, Inpara 30 Ciherang Sub 1, dan Inpara 42 Agritan.
Keenam, memanfaatkan program Asuransi Usaha Tanaman Padi (AUTP) dan atau bantuan benih gratis bagi puso. Ketujuh, memberikan kompensasi lahan pertanian di daerah lain atau daerah yang tidak terkena dampak La Niña.
Kedelapan, mengantisipasi panen raya saat hujan dengan alsintan panen dan pascapanen yaitu kostraling dryer, rice milling unit (RMU), silo, dan lainnya. Suwandi berharap, dengan delapan langkah tersebut, Kementan dapat meminimalkan kerugian petani akibat dampak bencana alam.