AKURAT.CO Kini Pertanian itu keren kembali dibuktikan Kementerian Pertanian. Kali ini, diberikan oleh seorang Duta Petani Andalan Kementan, Suhendar, yang sukses menembus pasar Jepang melalui komoditas sayuran.
Peningkatan kualitas SDM pertanian memang menjadi alah satu gebrakan yang dibuat Kementan di bawah komando Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo.
“Petani itu keren, menjadi petani merupakan kebanggaan! Jangan lagi berpikir bahwa petani di Indonesia itu konvensional, petani saat ini harus cerdas,mandiri, berorientasi maju dan modern. Petani saat ini harus mampu menjawab tantangan di era digitalisasi global,” tutur Mentan SYL dalam keterangan persnya, Minggu (12/9/2021).
Untuk meningkatkan regenerasi petani, Kementan berupaya meresonansi serta mewadahi petani milenial melalui Duta Petani Milenial/Duta Petani Andalan (DPM/DPA).
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, penguatan peran petani milenial di seluruh Indonesia dimaksudkan untuk mengkoordinasikan informasi dan program-program pembangunan di setiap kabupaten dengan cepat.
“Wadah itu ada agar, petani milenial dapat bertumbuh secara masif, dengan mengoptimalkan peran mereka untuk memacu sektor pertanian semakin melesat hebat. Petani milenial berperan penting dalam mendorong pengembangan jejaring usaha di wilayahnya. Saat ini telah terdata lebih dari 2.000 petani milenial yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia,” kata Mentan SYL.
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, mengatakan, DPM/DPA sudah melakukan resonansi.
“DPM dan DPA sudah melakukan berbagai kegiatan di daerah dan tersebar di 34 provinsi. Mereka memiliki usaha yang bervariasi mulai dari hulu hingga hilir bahkan telah menguasai pangsa pasar ekspor dan mekanisasi pertanian. Kehadiran mereka diharapkan mampu menjadi icon pertanian masa kini dan menjadi contoh bagi generasi milenial lainnya untuk menekuni sektor pertanian”, ungkap Dedi.
Dedi pun kembali menegaskan statemen Mentan bahwa pertanian bagai merpati putih yang tidak pernah ingkar janji’.
“Buktinya, Pertanian menjadi salah satu subsektor ekonomi yang mampu bertahan di tengah Pandemi Covid-19,” tegasnya.
Suhendar, ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Multi Tani Jaya Giri (Mujagi) yang baru-baru ini kembali dikukuhkan menjadi DPA oleh Presiden RI. Jiwa Bertani telah mandarah daging dalam dirinya, hingga membawanya menjadi pengusaha sukses di sektor pertanian.
Tak hanya memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri, ia pun telah berhasil mengekspor hasil produk pertanian khususnya sayuran ke negara lain seperti Jepang.
Terletak di kampung Pasir Cina, Cipendawa, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, yang berjarak tempuh hanya 2,5 jam dari Jakarta, Gapoktan Mujagi merupakan produsen dan pemasar sayur mayur dengan komoditas utamanya cabai.
Untuk pangsa pasar lokal, Gapoktan ini telah mampu menopang pasokan pasar modern, restoran, pasar induk Jakarta dan pasar lokal di wilayahnya.
Di bawah kepemimpinan Suhendar, Gapoktan yang berdiri sejak 2009 ini beranggotakan lebih dari 28 kelompok tani atau lebih dari 200 petani.
Setiap hari mereka memasok minimal 6 kuintal cabai. Sebagai petani yang berorientasi bisnis, Suhendar menerapkan manajemen pola produksi dengan mengatur jadwal tanam dan jadwal panen pada 200 ha lahan cabai dan sayuran lainnya.
Pandemi yang tak kunjung usai tampaknya tidak sedikitpun menyurutkan usaha petani yang tergabung dalam Gapoktan ini, justru mereka tetap menunjukkan eksistensinya dengan memproduksi berbagai macam sayuran segar.
Suhendar menuturkan para petani Cianjur yang bergabung bersamanya justru semakin semangat meningkatkan produktifitas hasil panennya serta melakukan berbagai upaya pengolahan hasil tani selama masa pandemi.
“Setiap hari, kami memproduksi sayuran hijau seperti kubis, sawi putih, terong, aneka bawang, bawang daun, cabe, tomat,” katanya.
Bahkan kelompok wanita tani (KWT) yang tergabung dalam Gapoktan Mujagi juga ikut menunjukkan eksistensinya, dengan mengolah berbagai hasil panen pertanian. Mulai dari upaya pengembangan bahan baku, hingga pengolahan hasil panen menjadi produk makanan seperti kripik kentang, frozen food hingga olahan cabe seperti powder cabe kering.
“Mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, disaat banyak kelompok tani yang kesulitan melakukannya,” ungkap pria yang akrab disapa Kang Endar saat ditemui di green house perkebunan tomat miliknya.
Produktivitas sektor pertanian Gapoktan Mujagi ini, mulai dari proses tanam hingga penjualan dapat dibilang sukses dan membuahkan hasil.
Meski demikian, Kang Endar tetap mengakui kelompok petani tetap kesulitan menghadapi dampak pandemi yang melanda hampir setahun lebih ini.
“Ada dampaknya tapi tidak signifikan, misalnya kesulitan dalam memasarkan saja, karena restauran kan dibatasi jumlahnya (permintaan produk), atau ke supermarket yang disesuaikan karena kendala faktor pengurangan kebutuhan disana,” jelasnya.
Ia pun mengungkapkan pihak berupaya menjaga kualitas tanaman sayuran yang sehat, aman dikonsumsi dan tidak tergantung pada produk kimia.
Menurutnya, untuk menghasilkan sayur-sayuran yang segar, aman dan sehat, maka harus dipastikan mulai dari proses penanamannya. Seperti jenis pupuk yang digunakan maupun pestisida.
Tak salah kiranya Kementan melalui program Youth Entrepreneurship and Employment Support (YESS) mendapuk dirinya untuk menjadi mentor, fasilitator yang akan membimbing pemuda pemudi penerima manfaat program YESS di Cianjur untuk menjadi petani serta wirausaha muda pertanian sukses.
Suhendar mengajak seluruh generasi milenial dimanapun berada untuk mengikuti jejak kesuksesannya melalui Bertani.
“Kalian generasi milenial, jangan takut bertani. Karena bertani itu keren, menjanjikan dan dapat memberikan berkah tersendiri bagi kehidupan,” tegasnya.[TIM]
Sumber oleh akurat.co