Jakarta –
Harga daging ayam dan telur ayam masih mahal hingga saat ini. Berdasarkan catatan Panel Harga Pangan milik Badan Pangan Nasional, rata-rata nasional daging ayam di angka Rp 37.100 per kilogram (kg), sementara harga telur ayam rata-rata nasional Rp 30.850 per kg.
Harga daging ayam tertinggi mencapai Rp 47.000-Rp 50.000/kg di wilayah Indonesia bagian Timur. Untuk telur ayam tertinggi juga tertinggi di Indonesia bagian Timur, Rp 37.000/kg.
Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan kenaikan harga daging ayam dan telur ayam merupakan dinamika yang tidak bisa dihindari karena kenaikan biaya pokok produksi yang membebani produsen.
“Kenaikan harga dipengaruhi misalnya dengan naiknya harga DOC yang sebelumnya Rp 5.000 saat ini sampai Rp 8.000 per ekor. Harga jagung dulu Rp 3.150 per kg saat ini Rp 5.000 per kg. Bahkan sebelumnya sampai di atas Rp. 6.000 per kg. Oleh karena itu, tugas kita bersama menjaga kewajaran harga di tiga lini yaitu di tingkat produsen, pedagang, dan konsumen sesuai arahan Bapak Presiden,” ujar Arief, dalam keterangannya, dikutip Senin (24/7/2023).
Arief menerangkan proses harga keseimbangan baru ini merupakan bagian dari transisi kewajaran harga, baik di sisi produsen dan konsumen. Karena sebelumnya ketidakseimbangan harga menyebabkan para peternak mengalami kerugian besar, di mana harga ayam dan telur di pasaran sangat murah.
“Bulan Januari 2023 lalu, saudara-saudara kita Peternak Ayam dan Ayam Petelur sudah banyak merugi dan tutup karena tidak sesuainya biaya produksi versus harga jualnya. Nah ini harus kita urai satu persatu. Jangan sampai harga murah di atas kertas tapi sedulur peternak bangkrut, malah tidak ada telur nanti di masyarakat,” terangnya.
Untuk itu, Arief menekankan saat ini pemerintah terus membantu untuk memperbaiki dari sisi peternak yang sempat mengalami kerugian. Karena khawatir jika situasi itu tidak diperbaiki, Indonesia terancam krisis pasokan daging ayam dan telur.
“Tentu kita tidak ingin para produsen ini berhenti berproduksi, sebab ketika peternak berhenti berproduksi maka neraca akan defisit kita tidak dapat memenuhi kebutuhan protein dari unggas dari produksi dalam negeri. Ini yang kita hindari,” terang Arief.
“Saat ini waktunya kita mendukung Peternak Ayam Broiler dan Peternak Ayam Petelur agar mendapatkan harga yang baik. Sambil kita kontrol harga di tingkat konsumen bersama sama.” tambahnya.
Harga saat ini jauh di atas harga acuan yang ditentukan pemerintahan, meski harga acuan bukan menjadi batasan harga di pasaran. Harga acuan daging ayam dan telur ayam diatur di Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 5 tahun 2022 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Produsen dan Konsumen Komoditas Jagung, Telur Ayam Ras, dan Daging Ayam Ras.
Harga telur ayam di produsen Rp 22.000 sampai Rp 24.000/kg dan di konsumen Rp 27.000/kg. Untuk harga daging ayam di sisi produsen Rp 21.000 sampai Rp 23.000/kg dan harga penjualan ke konsumen Rp 36.740/kg.
Harga Ayam dan Telur Mahal Berimbas ke Inflasi
Kenaikan harga komoditas pangan itu diprediksi akan menyumbang cukup besar di inflasi bulan Juli 2023. Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad mengatakan kenaikan itu terjadi karena permasalahan yang menyebabkan harga daging ayam dan telur masih mahal belum kunjung selesai.
“Bulan Juni, per masing-masing komoditas, sumbangan dari ayam ras 0,06%, telur menyumbangnya inflasi 0,02%. Untuk bulan Juli saya kira akan sama bahkan lebih tinggi,” katanya kepada detikcom.
Adapun penyebab kenaikan harga kedua komoditas itu di antara karena biaya produksi ayam yang tinggi. Selain itu, karena permintaan yang tinggi tetapi tidak diimbangi dengan pemerataan pasokan di daerah.
“Soal pasokan ini masalahnya belum merata ada yang memang daerah-daerah tertentu dari Lampung masuk ke DKI, dari Jawa Barat masuk ke DKI beberapa masih terhambat sehingga menyebabkan harga naik,” jelasnya.
“Terakhir karena misalnya untuk livebird Rp 28.800 kg di atas harga acuan pemerintah Rp 21.000- 23.000 kilogram, itu yang menyebabkan harga naik,” tambah dia.
Dihubungi terpisah, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal kontribusi kenaikan harga daging ayam dan telur terhadap inflasi biasanya tidak terlalu besar.
“Itu sebabnya inflasi secara umum dalam 2 bulan terakhir tetap rendah walaupun harga komoditas tersebut naik,” terangnya.
Menurutnya, bahan pangan yang masih akan menyumbang terhadap inflasi adalah beras. Karena kenaikan harga beras cukup tinggi. “Bahan pangan dengan kontribusi terbesar terhadap inflasi adalah beras, dengan kontribusi sekitar 28% terhadap total inflasi golongan pangan,” jelas dia.
Faisal memprediksi inflasi di bulan Juli tetap terjaga rendah. “Untuk Juli ini inflasi menurut saya masih tetap rendah di bawah 0,2%, penyumbang terbesar inflasi dari golongan bahan pangan,” jelas dia.
Sumber: https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-6839639/biang-kerok-hingga-imbas-harga-telur-dan-ayam-yang-masih-mahal