BI DKI Perkuat Koordinasi dengan Pemprov demi Jaga Inflasi dan Ekonomi Terkendali

Jakarta, Beritasatu.com – Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DKI Onny Widjanarko mengatakan pihaknya akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI untuk menjaga inflasi agar tetap terkendali dan mendorong pertumbuhan ekonomi Jakarta semakin tinggi.

Menurut Onny, inflasi Jakarta pada Oktober 2021 terkendali dan hal tersebut tidak terlepas dari koordinasi yang dilakukan antara BI DKI dengan Pemprov DKI yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).

“Inflasi Jakarta di bulan Oktober masih terkendali, tentunya tidak terlepas dari koordinasi dan langkah-langkah yang dilakukan TPID,” kata Onny Widjanarko dalam diskusi Bincang Media di kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Rabu (10/11/2021).

Onny membeberkan beberapa kordinasi dan langkah pengendalian yang dilakukan TPID DKI mulai dari rapat koordinasi mingguan pemantauan pasokan dan pengendalian harga, serta program pangan bersubsidi. Selain itu, ada juga program belanja pangan online dari Badan Ketahanan Pangan, webinar diversifikasi olahan hasil pertanian dan pengembangan urban farming dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan khususnya hortikultura.

“Semua itu sangat berpengaruh dalam mengendalikan inflasi di DKI Jakarta. Jadi kami memperkuat koordinasi dengan Pemprov DKI untuk mendorong pertumbuhan ekonomi agar lebih tinggi lagi,” ungkap Onny.

Ke depan, lanjut Onny, koordinasi antara Bank Indonesia, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Pusat melalui TPIP (Tim Pengendalian Inflasi Pusat), TPID dan forum-forum yang ada akan terus diperkuat.

“Hal tersebut untuk mendukung upaya pengendalian inflasi Jakarta dan tercapainya sasaran inflasi nasional sebesar 3,0±1 persen,” terang Onny.

Onny menjelaskan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) DKI Jakarta pada Oktober 2021 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,08% (month to month/mtm), berbeda daripada bulan lalu yang tercatat mengalami deflasi (-0,06%, mtm).

Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh inflasi pada kelompok transportasi. Meskipun demikian, inflasi lebih tinggi tertahan oleh deflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau.

Secara tahunan, inflasi IHK DKI Jakarta pada Oktober 2021 mencapai 1,20 (year on year/yoy), sementara secara akumulasi Januari-Oktober 2021 sebesar 0,67% (year to date/ytd). Angka tersebut lebih rendah dari angka inflasi nasional baik secara tahunan (1,66%, yoy) maupun secara akumulasi (0,93%, ytd).

Kelompok pengeluaran transportasi menjadi penyumbang utama inflasi pada bulan laporan. Kelompok tersebut tercatat mengalami inflasi sebesar 0,44% (mtm) pada Oktober 2021, setelah mengalami deflasi pada bulan lalu (-0,05%, mtm). Kelompok transportasi memberikan kontribusi sebesar 0,05% (mtm) terhadap IHK.

Komoditas penyumbang inflasi kelompok ini yaitu tarif angkutan udara yang tercatat meningkat seiring dengan peningkatan mobilitas masyarakat menggunakan moda transportasi tersebut. Peningkatan mobilitas masyarakat tersebut sejalan dengan Penurunan level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di sejumlah daerah. Dua kelompok pengeluaran lainnya yang turut memberikan kontribusi masing-masing sebesar 0,02% (mtm) terhadap IHK bulan Oktober 2021 yaitu kelompok Pakaian dan Alas Kaki dan kelompok Perlengkapan, Peralatan, dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga.

Inflasi IHK DKI Jakarta yang lebih tinggi tertahan oleh deflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang berkontribusi sebesar -0,04% (mtm) terhadap IHK DKI Jakarta. Kelompok tersebut mengalami deflasi sebesar 0,17% (mtm), lebih dangkal dari deflasi bulan sebelumnya (-0,68%, mtm).

Deflasi pada kelompok ini terutama disebabkan oleh deflasi telur ayam ras sebesar 5,00% (mtm) akibat masih banyaknya stok di daerah sentra. Meskipun kelompok tersebut tercatat deflasi, terdapat dua komoditas yang memberikan kontribusi terhadap inflasi IHK bulan Oktober 2021 masing-masing sebesar 0,02% (mtm), yakni minyak goreng dan cabai merah.

Kenaikan harga minyak goreng dipengaruhi oleh kenaikan harga CPO global, sementara kenaikan harga cabai merah didorong oleh penurunan pasokan setelah berakhirnya masa panen raya.

Masih berdasarkan data BPS DKI, Onny mengungkapkan laju pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2021 tumbuh sebesar 2,43 persen (yoy). Angka ini lebih rendah dibanding pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2021 sebesar 10,94 persen (yoy).

Menurut Onny, perekonomian di Jakarta terjadi perbaikan yang positif, meski pertumbuhan ekonomi di Triwulan III 2021 lebih lambat dibandingkan Triwulan II karena dipengaruhi beberapa kebijakan.

Di antaranya, kebijakan penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Mulai dari PPKM Darurat, kemudian diturunkan menjadi PPKM Level 4 hingga pertengahan triwulan laporan.

“Dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 3,51 persen (yoy) pada triwulan laporan, pertumbuhan ekonomi Jakarta masih lebih rendah,” papar Onny Widjanarko.

Karena itu, Onny menegaskan Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta akan terus memonitor berbagai perkembangan perekonomian baik di tingkat daerah, nasional, maupun global. Selain itu, juga memperkuat koordinasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mendorong pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta lebih tinggi lagi.